Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Candi Tempat Semedi Raja Jawa di Nusantara...

Kompas.com - 10/09/2014, 14:05 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Dusun Sukorejo, Desa Mulyoasri, telah ditemukan sebuah 'pasraman', tempat belajar ilmu agama bagi umat Hindu yang dipimpin oleh Sang Hyang Aji Pasupati, maha guru dari para resi, raja, mpu dan tokoh agama Hindu pada zaman kerjaan Majapahit.

Untuk sampai ke lokasi 'pasraman', Candi Jejawar itu, harus menempuh perjalanan kurang lebih empat jam, dengan menggunakan sepeda motor, dengan kondisi jalan tak beraspal. Lokasinya, tepat di lereng Gunung Semeru, hanya empat kilometer ke puncak gunung tertinggi di Jawa itu.

Di area 'pasraman' tersebut, ditemukan reruntuhan candi yang kini diberi nama Candi Jejawar. Selain itu pada tahun 1982 lalu, juga telah ditemukan Arca Dwarapala, yang kini sudah berada di Museum Trowulan.

"Keberadaan reruntuhan bangunan 'pasraman' ini masih belum diketahui tahunnya. Masih perlu penelitian lebih lanjut," kata seorang arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur, Danang Wahyu Utomo, yang ditemui saat acara peletakan batu pertama pemugaran pura Majapahit di area 'pasraman', Selasa (9/9/2014) kemarin.

Menurut Danang, dia hanya bisa mengomparasi gaya pahatannya, yang terlihat identik dengan masa kerjaan Majapahit di abad ke 13. "Sebenarnya ini bukan candi. Tapi, batur (lantai dasar bangunan) yang di atasnya ada bangunan kayu, seperti pendapa, yang menjadi tempat istirahat," kata dia.

Danang menduga, area 'pasraman' yang kini diyakin umat Hindu adalah tempat semedinya para resi, mpu dan leluhur para raja di Jawa itu, masih masuk halaman dua. "Jika ada area seperti ini, menurut saya ada tiga tahap lokasi. Halaman luar, dalam dan tengah. Halaman tengah itu adalah bangunan suci," kata dia.

Hanya, kata Danang, di area 'pasraman' tersebut belum ditemukan secara pasti, di mana tempat suci tersebut. "Kemungkinan tempat suci itu, di tempat yang paling tinggi. Yang ada saat ini, baru pintu masuk ke tempat suci itu," kata dia.

Biasanya, reruntuhan batur atau lantai dasar itu adalah gapura sebagai pintu masuk tempat suci. "Karenanya, sekali lagi memang butuh penelitian lebih lanjut di area 'pasraman' Sang Hyang Aji Pasupati ini," kata dia lagi.

Harus dicari data lebih detail, mulai dari batas pagar hingga bangunan di dalam. "Sekarang masih memetakan dan melakukan zonasi. Lahan mana yang inti dan zona penyangga," ungkap Danang.

Tempat suci
Sementara itu, menurut Jero Mangku I Wayan Swarsana, tokoh umat Hindu sekaligus juru kunci di Pasraman Sang Hyang Aji Pasupati, area 'pasraman' yang ada candi Jejawar itu, adalah tempat suci untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang kuasa.

"Tempat sembahyang para maha guru maha resi. Tempat sucinya di sini, di Candi Jejawar ini," kata dia sembari menunjukkan reruntuhan Candi Jejawar tersebut.

Untuk menjadi "orang suci", supaya segala permintaannya dikabulkan oleh Tuhan, kata Mangku I Wayan, terlebih dahulu dilakukan penyucian diri dari segala perbuatan tidak baik dan terus melakukan meditasi (yoga) menyambungkan diri kepada Tuhan yang suci.

"Begitu upaya yang dilakukan para maha resi, mpu, yang ada di nusantara serta para raja-raja di Jawa, sebelum Nusantara itu terbentuk. Candi Jejawar ini, tempat suci berkumpulnya para maha resi, setelah membangun Candi Borubudur dan Candi Dieng," kata dia.

Berdasarkan sejarah Babad Tanah Jawa, katanya, di Candi Jejawar itulah para maha resi, leluhur para raja Jawa dan mpu, bersembahyang. "Sang Hyang Aji Pasupati, yang memimpinnya. Beliau itu pimpinan dari pandita-pandita di tanah Jawa," kata pria yang sudah 12 tahun menjaga candi Jejawar itu.

Saat itu, Sang Hyang Aji Pasupati, memimpin 16 pandita, yang bertugas merintis tanah Jawa. "Dalam sejarahnya, Candi Jejawar adalah stana Dukuh Ampel Gading atau Sang Hyang Aji Pasupati. Cikal bakal leluhur raja-raja tanah Jawa dan Kutai," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com