Yuli awalnya menolak bertemu dengan Kompas.com di radio tempatnya bekerja dengan alasan tidak enak dengan pemiliknya. "Di kafe saja. Nanti saya diberhentikan sama yang punya," kilah dia.
Awalnya, Yuli (27) merupakan ibu rumah tangga. Namun, dua tahun terakhir, dia bercerai dengan suaminya. "Suami saya cemburu karena saya suka karaoke di radio. Akhirnya dia main tangan. Saya kan cuma ngilangin stres di rumah. Dia juga enggak kerja. Ya sudah kami cerai," ujar Yuli.
Akibat sering bernyanyi di salah satu radio, akhirnya dia diajak menjadi penyiar oleh pemiliknya. "Diajarin sama yang punya buat mengoperasikan alat dan gampang ternyata. Sudah 1,5 tahun saya jadi penyiar, tapi pindah-pindah. Ini radio keempat saya," kata dia sambil tertawa.
Perempuan yang saat itu menggunakan kaus ketat berwarna biru muda menjelaskan alasan dia pindah ialah karena ia bermasalah dengan pelanggan dan pemilik radio. "Biasanya pelanggannya tidak mau antre karaoke, jadi bertengkar, terus saya ditegur sama pemiliknya. Daripada enggak nyaman, ya sudah keluar saja," kata Yuli.
Dalam satu hari, rata-rata ia bisa mendapatkan uang minimal Rp 200.000 yang kebanyakan didapatkan dari saweran pelanggan. "Sering dapat bonus pas diajak duet atau kembalian yang tidak diambil. Lumayan kan? Kalau pulsa itu pasti. Bahkan, kadang-kadang mereka kirim pesannya ke handphone pribadi, bukan ke handphone studio," ungkap Yuli.
Bahkan, sesekali ia juga melayani kencan dengan pelanggan karaoke di tempatnya bekerja. "Awalnya mereka goda-goda gitu. Terus berlanjut di-SMS. Mereka mengajak kencan. Tapi, saya tidak mau di radio, harus di luar setelah saya kerja. Tidak setiap hari kok. Tarifnya juga terserah yang ngasih. Minimal sih Rp 150.000. Kencannya di hotel, mereka yang harus bayar," kata Yuli.
Walaupun ia berkencan dengan pelanggannya, Yuli menolak di sebut PSK (pekerja seks komersial). "Saya kan nggak jualan. Mereka ajak, saya mau dan dikasih uang. Kencannya juga bukan di (kawasan) lokalisasi. Eh tapi enggak semuanya penyiar radio kayak saya ya," kata dia sambil tertawa.
Yuli mengaku banyak radio lain yang memintanya untuk menjadi penyiar dengan alasan ia mempunyai pelanggan karaoke yang banyak. "Kalau saya pindah, biasanya saya ajak semua pelanggan saya untuk pindah radio untuk karaokean," ujar Yuli.
Ibu satu anak tersebut mengaku tidak mengetahui teori tentang kepenyiaran karena yang terpenting adalah ia bisa bernyanyi dan bisa mengajak orang datang. "Semakin banyak yang datang, semakin banyak uang yang didapatkan. Pemiliknya juga enggak pernah ngajari teori-teori kayak gitu. Yang penting ada penghasilan buat mereka," kata dia.
Yuli mengaku keluarganya tidak curiga dengan profesi tambahan yang ia lakukan. "Yang mereka tahu saya penyiar. Ya sudah gitu saja. Saya juga ndak pernah pake baju macem-macem. Ya biasa aja kayak gini. Yang penting saya pulang bawa uang," ujar perempuan yang masih tinggal bersama dengan orangtuanya ini.
"Bayangkan saya harus menghidupi bapak ibu yang sudah tua, adik yang masih sekolah, dan anak saya yang masih kecil. Yang penting saya enggak merugikan orang lain," ujarnya menutup pembicaraan.
***
Baca juga:
Bahaya Radio "Karaoke", Pilot di Pesawat Pun Terganggu Musik Dangdut
Radio Karaoke, dari Bernyanyi hingga Selingkuh Ada di Sini...