Dia justru menyayangkan jika sampai ada pihak yang membawa masalah itu sampai ke ranah hukum. Menurut dia, mahasiswa hanya ingin menyampaikan bahwa saat ini banyak kelompok manusia yang tidak menganggap Tuhan karena mereka memakainya untuk kepentingan yang jahat.
Hanya, bahasa yang dipakai terkesan ekstrem sehingga menuai protes. "Jika yang protes itu tahu apa maksudnya, maka mereka akan sepakat dengan pemahaman bahwa Tuhan adalah dzat yang dimuliakan," kata Zainudin, Rabu (3/9/2014).
Polemik yang terjadi saat ini hanyalah dinamika masyarakat dalam memaknai simbol yang diberikan mahasiswa. Istilah "Tuhan Membusuk" secara kasat mata memang menuai penafsiran beragam di kalangan masyarakat.
"Yang merasa tersinggung, pasti merespons berlebihan dengan membawanya ke ranah hukum. Namun, tujuan mereka sebenarnya sama dengan mahasiswa, yakni memuliakan simbol Tuhan," kata dia lagi.
Seperti diberitakan, tema yang diangkat dalam orientasi mahasiswa baru Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Surabaya pada 28-31 Agustus lalu menuai banyak protes di media sosial dan kelompok masyarakat tertentu.
Bahkan, Front Pembela Islam (FPI) Jatim kemarin melaporkan aksi mahasiswa itu ke Polda Jatim atas dugaan aksi penistaan agama. Tema kontroversial yang diangkat mahasiswa adalah "Tuhan Membusuk" dengan subtema "Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan."
Tema tersebut terpampang di spanduk dalam orientasi mahasiswa baru. Menurut mahasiswa, pengertian tema tersebut adalah merespons realitas sosial akhir-akhir ini bahwa banyak aksi kekerasan, kejahatan, dan kepentingan politik yang mengatasnamakan Tuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.