Salah satu korban geng motor, Muhammad Nur, menceritakan kisah yang dialaminya saat warung kopi tempatnya nongkrong diserang dan dirampok oleh kelompok geng motor di Jl Angrek beberapa waktu lalu. Menurut Nur, kelompok yang berjumlah sekitar 8 orang tersebut menyerbu dengan parang dan panah.
"Untung saya bawa sofgun dalam tas. Seandainya tidak, mungkin saya juga dirampok dan uang di kasir warkop 17 raib," ungkapnya, Rabu (27/8/2014).
"Sejumlah laptop dan ponsel pengunjung yang duduk bagian luar warkop sudah dirampas, namun saat hendak masuk ke dalam langkah anggota geng motor bersenjatakan panah dan parang saya hentikan dengan menodongkan pistol. Seandainya tidak, mungkin saya, pengunjung lain dan kasir warkop juga dirampok. Jadi saat saya keluarkan pistol, anggota geng motor itu masih membentangkan panah dan perlahan-lahan mundur berlalu pergi dengan melaju motornya," tuturnya kemudian.
Hal senada juga disampaikan Idris, warga Kelurahan Barombong. Dia mengaku akhir-akhir ini selalu berbekal sebilah badik jika bepergian.
"Siapa yang mau jadi korban. Lebih baik bawa senjata dan baku sikat saja kalau ada geng motor, preman yang suka memalak. Soalnya, pemerintah dan petugas keamanan tidak bisa menjamin keamanan kita," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, aksi geng motor dan preman kian meresahkan warga Makassar. Bukan itu saja, hampir tiap hari perang kelompok terjadi di sejumlah wilayah di Kota Makassar. Keresahan warga Makassar ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.