Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Losari Kini "Dikuasai" Kelompok Preman

Kompas.com - 27/08/2014, 11:23 WIB
Kontributor Makassar, Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pantai Losari yang merupakan ikon dan obyek wisata di Kota Makassar kini telah dikuasai beberapa kelompok preman. Bahkan, pintu masuk anjungan "dipagari" bambu agar kendaraan tidak boleh masuk.

Anjungan di bibir Pantai Losari adalah ruang publik yang dibangun menggunakan APBD, kini dibiarkan dikuasai oleh beberapa kelompok preman. Ironisnya, kelompok preman itu terkesan sering memalak pengunjung dengan alasan pajak parkir.

Aksi premanisme ini marak terjadi, meski lokasi Anjungan Pantai Losari berhadapan dengan rumah jabatan Wali Kota Makassar di Jalan Penghibur. Dalam beberapa bulan terakhir, kondisi itu semakin jelas terlihat.

Pada pagi hari hingga siang hari pintu masuk anjungan Pantai Losari ditutup dengan pagar bambu. Pagar bambu itu kembali dibuka kelompok preman mulai sore hari hingga dinihari setelah pengunjung sepi.

Akibatnya, masyarakat yang ingin memarkir kendaraan terpaksa menggunakan badan jalan hingga mengakibatkan kemacetan. Selain itu, kelompok preman itu biasa menarik tarif parkir motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000. Tak jarang, kelompok preman melakukan aksi kekerasan terhadap pengunjung Pantai Losari yang menolak membayar pajak parkir mahal itu.

Sejumlah kasus kriminal seperti penganiayaan, pengeroyokan, pemarangan ditangani petugas Polsekta Ujungpandang. Namun, tak satu pun pelaku diamankan dengan alasan identitas pelaku tak diketahui.

Meski seringnya terjadi aksi kekerasan di tempat itu, Pemerintah Kota Makassar serta aparat kepolisian terkesan tutup mata dan melakukan pembiaran tanpa adanya tindakan tegas. "Saya pernah dipaksa bayar parkir motor Rp 5.000. Saya menolak, malah hampir jadi korban penganiayaan. Jadi terpaksa, saya bayar mi saja daripada dipukuli kelompok preman Pantai Losari," ungkap Sandi, Rabu (27/8/2014).

Hal senada diungkapkan Erwin, dia pun pernah diancam oleh kelompok preman Pantai Losari. Di Kelompok itu memaksakan membayar parkir mobil Rp 10.000. "Padahal, saya tidak mau santai duduk di Anjungan Pantai Losari. Saya mau shalat di mesjid terapung di situ," tutur dia.

Kepala bagian Humas Pemkot Makassar, Tenri A Palallo yang dikonfirmasi enggan berkomentar banyak soal Anjungan Pantai Losari. Tetapi menurut dia, tidak ada yang boleh memagari pintu masuk Anjungan Pantai Losari karena merupakan areal publik.

"Saya kurang tahu itu dek soal ada pemagaran di Pantai Losari. Sebab, itu space publik dan tidak boleh ada yang menguasainya. Saya tidak mau berkomentar banyak deh, jangan sampai salah ngomong ka lagi," kata Tenri.

Kasubag Humas Polrestabes Makassar, Komisaris Polisi (Kompol) Mantasiah mengaku akan melaporkan penguasaan Pantai Losari oleh beberapa kelompok preman. Ia pun akan memberitahukan kepada Polsekta Ujungpandang agar menyiagakan beberapa personelnya menjaga ketertiban di Pantai Losari.

"Tidak boleh ada yang menguasai Pantai Losari, apalagi dikatakan preman. Itu space publik. Nanti saya laporkan ke Kapolrestabes Makassar keluhan-keluhan masyarakat itu dan meminta beberapa personil Polsekta Ujungpandang disiagakan di sekitar Pantai Losari untuk menjaga keamanan dan ketertiban disana," tambahnya.

Mantasiah juga mengakui, banyaknya kendaraan memarkir di badan jalan hingga mengakibatkan kemacetan arus lalulintas. Padahal, Anjungan Pantai Losari merupakan space publik yang dilengkapi area parkir. "Tapi susah juga masyarakat kalau space publik itu dipagari preman kalau pagi sampai siang hari. Kalau mulai sore sampai dinihari para kelompok preman itu mulai beraksi," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com