Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solar Langka, Usaha Penggergajian Kayu Terancam Gulung Tikar

Kompas.com - 26/08/2014, 14:07 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Dampak pengendalian kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai memukul para pelaku usaha kecil jasa penggergajian kayu di Kabupaten Semarang. Di sejumlah kecamatan dilaporkan para pelaku usaha penggergajian kayu ini mulai kesulitan mendapatkan solar, sehingga mereka tidak bisa mengoperasikan mesin gergaji.

“Praktis, penggergajian kayu ini tak dapat beroperasi setelah tidak bisa mendapatkan solar,” ujar Rumiyati (37), pengelola penggergajian di Kecamatan Bawen, Selasa (26/8/2014).

Penggergajian yang dikelolanya tiap hari membutuhkan sedikitnya 50 liter solar. Namun kini pembelian solar bersubsidi untuk usaha penggergajian kayu hanya diberikan maksimal 20 liter per hari. Itu pun harus dibeli empat kali.

"Setiap kali beli hanya dibatasi lima liter saja dan tiap hari maksimal hanya boleh membeli empat kali. Jelas kami kelimpungan. Kalau terus begini usaha kami bisa gulung tikar,” tegas dia.

Sementara itu, Exsternal Relation Pertamina Region Jawa Tengah dan DIY, Robert MV Dumatubun mengatakan, yang terjadi di lapangan bukan kelangkaan BBM bersubsidi. “Tidak ada kelangkaan karena memang ada pengendalian sisa kuota BBM bersubsidi, sampai akhir tahun nanti. Kalau kelangkaan maka BBM ini sama sekali sudah tidak tersedia," kata Dumatubu dihubungi melalui sambungan telepon.

Pertamina diminta untuk mengatur dan mengendalikan suplai BBM per hari. Tujuannya sisa kuota ini tetap mencukupi untuk tahun ini. Apabila alokasi BBM harian sudah disalurkan dan ternyata masih ada permintaan, maka konsumen diarahkan untuk penggunaan BBM non subsidi.

"Pengendalian BBM public service obligation (PSO) harus dilakukan. Karena kuota BBM yang tersisa akan habis pada akhir November untuk solar. Sementara premium akan habis pada pertengahan Desember tahun ini," kata Robert.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com