Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Bupati Sragen Menulis Buku dari Dalam Penjara

Kompas.com - 24/08/2014, 15:35 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com – Bagi Untung Wiyono, menulis dapat dilakukan di banyak tempat dan waktu. Meski sedang tersangkut kasus hingga memaksa diri untuk menginap beberapa tahun di hotel prodeo atau penjara, hal demikian tak membuat orang berhenti menulis. Hal ini pula yang dijalani oleh mantan Bupati Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Untung Wiyono.

Saat ini, Untung ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Kedungpane Semarang. Dia dihukum lima tahun penjara dalam kasus korupsi kas daerah Kabupaten Sragen. Untung tengah mengajukan peninjauan kembali atas vonis yang diterimanya itu.

Dengan segala keterbatasan di penjara, Untung mengaku justru lebih produktif menulis. Kebiasaan sejak muda yang sudah gemar menulis membuat karya yang dihasilkan semakin mudah.

Karya terbaru pada Agustus 2014 yang telah diterbitkan adalah Menggerakkan Kekuatan Indonesia (Inspirasi dari Sragen) serta Menyiasati Hidup Dengan Berwirausaha dan Menjadi Pribadi yang Bermanfaat. Buku-buku itu sudah tersedia di pasaran.

Meski diterbitkan terbatas oleh percetakannya sendiri di Sragen, Untung mengaku omzet penjualan terbilang tinggi. Tiap buku dijual dengan kisaran harga Rp 50.000.

Untung mengatakan, kebiasaan menulis jauh lebih terasa manfaatnya ketika ia berada dalam bui. Kelonggaran waktu beraktivitas membuatnya mudah menghasilkan ide-ide menulis buku.

"Satu hari 24 jam, 2-3 jam di sini mungkin untuk beribadah dan olaharaga. Waktu lainnya, mau ngapain? Saya luangkan waktu saya untuk menulis buku. Saya pengusaha dan bukan seorang koruptor,” ujar Untung kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Buku-buku yang ditulis berasal dari pengalamannya memimpin pemerintahan di Sragen selama dua periode, 2001-2006 dan 2006-2011. Untung yang pernah bekerja di perusahaan asing selama 13 tahun itu ingin berbagi pengetahuan dan pengalamannya selama berkarir. Ia berharap anak-anak Indonesia bisa cerdas menghadapi perkembangan zaman.

Kebiasaan menulis juga harus dibangun sejak awal. Soal pemerintahan, perkembangan tingkat ekonomi suatu daerah tergantung dari kemauan kepala daerah. Ia hendak mengarahkan kemana daerah itu akan dikembangkan.

Di Sragen, kata Untung, tempatnya banyak yang gersang dan tidak menguntungkan. Namun, dengan kebijakan ekonomi yang baik, bisa mengubahnya menjadi lahan produktif.

“Sepuluh tahun saya jadi bupati. Di daerah semuanya ada. Kepala daerah semestinya bisa menggerakkan ekonominya dengan cepat, itu juga yang nanti akan berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Saya dulu, kepala daerah nomor 2 terkaya di Indonesia dan telah 13 tahun kerja di perusahaan asing. Kerja sebagai bupati wajib untuk pengabdian pada daerah saja, jangan mencari kekayaan,” seru dia.

Soal korupsi, dia mengkritik selama ini banyak euforia yang terlalu berlebihan terhadap korupsi. Jika orang yang sudah dianggap terkena kasus, orang itu dinilainya harus dinyatakan bersalah. Itu, menurut Untung, hal yang selama ini terjadi, tanpa mengabaikan fakta yang ada.

Untung berpendapat, untuk penegakan hukum saat ini perlu dibangun crimonology system. Sistem itu penting untuk membangun bangsa, mendidik rakyat dengan baik, bukan menjerumuskan seorang dalam sistem yang koruptif.

“Saya punya harta dan ngapain harus melakukan korupsi. Hukum di Indonesia itu euforia saja. Saya tidak pernah korupsi, saya punya uang. Di Sragen dulunya sebagai kabupaten termiskin 34 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pertama, saya benahi Sumber Daya Manusianya. Berawal dari sana kemudian merambah ke wilayah lain, sehingga Pemasukan Asli Daerah (PAD) di tahun pertama 2,5 miliar bisa menjadi 100 miliar rupiah,” paparnya.

Sragen adalah wilayah selatan di wilayah Jawa Tengah. Ia masuk eks keresiden Surakarta atau Solo Raya. Di tempat inilah, dia mengaku sudah bersahabat sejak lama dengan sesama kepala daerah, termasuk wali kota Surakarta saat itu, Joko Widodo, sang presiden terpilih.

Ke depan, dia akan menerbitkan satu buku lagi soal kehidupan di penjara. Buku tersebut, papar dia, mungkin bisa menjadi buku sangat bagus dan menceritakan kisah-kisah di penjara. Untung menyebutnya semacam buku undercover.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com