"Jalur rel Molek semacam lori namun bermesin diesel, ini satu-satunya transportasi ribuan jiwa masyarakat di Desa Lebong Tandai, jalur tersebut putus akibat longsor sejak tiga tahun lalu namun tak kunjung diperbaiki," kata warga setempat Robet, beberapa waktu lalu.
Akibat terputusnya jalur tersebut warga harus dua kali menggunakan transportasi molek menuju kampung Lebong Tandai. "Jika sebelum rel terputus akibat longsor, satu kali naik molek dengan jarak tempuh dua jam ongkosnya Rp 25 ribu, namun sekarang karena terputus, masyarakat harus estafet ongkos membengkak menjadi Rp 50 ribu," lanjut Robet.
Akibat naiknya harga trasnportasi harga bahan pokok menjadi membengkak, menjadi mahal. Beras misalnya satu cupak atau setara 2,5 kilogram mencapai Rp 30 ribu. "Usia NKRI 69 tahun merdeka namun warga di sini tak merasakan nikmatnya kemerdekaan itu, padahal kampung ini merupakan asal emas di puncak Monas di Jakarta itu, masa dahulu kampung ini dijuluki 'Batavia kecil' saat emas masih banyak, namun sekarang lihatlah kami terisolasi," kata Robet lagi.
Sementara, bagi warga yang membawa barang-barang berat disediakan kawat sling yang mereka buat sedemikian rupa untuk menyeberangkan barang bawaan mereka.
Warga berharap agar pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten lebih peduli terhadap penderitaan yang telah tiga tahun ini mereka rasakan. Tidak hanya terputusnya jalur rel, kerusakan jalur rel kereta api di beberapa bagian mulai tampak dan mengancam nyawa penumpang termasuk masinis. Maklum rel tersebut sudah sangat tua karena merupakan warisan Belanda saat mengeruk emas di wilayah itu sekitar tahun 1920.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.