Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Memotret Babirusa di Hutan Nantu

Kompas.com - 14/08/2014, 11:01 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com - Beberapa fotografer rela menempuh perjalanan panjang demi memotret satwa liar babirusa (Babyrousa babyrussa) yang ada di Hutan Nantu, Gorontalo, --sebuah areal suaka margasatwa seluas 31.215 hektar.

Babirusa merupakan satwa endemik Sulawesi yang terancam punah. Hewan unik dan aneh yang punya empat taring ini sudah sangat sulit ditemui. "Saya baru kali ini memotret babirusa di habitat aslinya, dan harus saya akui perlu usaha yang tidak mudah untuk mencapai lokasinya," ujar Fiqman Sunandar, Fotografer Kantor Berita Antara, Kamis (14/8/2014).

Fiqman merupakan satu dari beberapa fotografer yang diundang FORUM f/21 untuk mengikuti Ekspedisi Jantung Hayati Sulawesi di Hutan Nantu. Ekpedisi itu merupakan bagian dari kegiatan Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Perjalanan panjang menuju Nantu dimulai dari Manado dengan berkendara sejauh lebih kurang 400 kilometer. Tiba di Gorontalo perjalanan harus dilanjutkan menuju Desa Sari Tani, Kecamatan Wonosari, Boalemo, sejauh kurang lebih 135 kilometer.

"Perjalanan cukup menantang, banyak ruas jalan di Boalemo yang masih rusak, tak jarang mobil yang kami tumpangi harus masuk lumpur," kata Raddick Bolang, fotografer lainnya.

Di desa terakhir, perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju ke tepian Sungai Adudu yang memisahkan antara kawasan konservasi dan lahan perkebunan warga. "Ya barang bawaan harus dibawa sendiri, tidak ada porter yang bisa disewa," kata Christofel Budiman, fotografer muda yang juga ikut ekspedisi ini.

Sungai Adudu dengan lebar sekitar 20 meter yang airnya keruh akibat penambangan liar di bagian hilirnya harus diseberangi. Di seberang sungai itu terdapat Pos Penelitian milik Yayasan Adudu Nantu International (YANI).

"Di camp itulah kami beristirahat sebelum berjalan kaki menuju ke kubangan Adudu tempat babirusa sering datang menjilati mineral," kata Fiqman.

Dari camp YANI menuju kubangan Adudu, perjalanan harus menempuh rimbunnya tumbuhan rotan yang merambat serta kerapatan vegetasi yang dimiliki Nantu. "Jika tidak hati-hati, duri dari rotan akan membelit dan melukai bagian tubuh kita. Belum lagi serbuan pacet yang haus darah siap memangsa kaki jika tidak dilindungi dengan kaos kaki," cerita Toar Pantuw, fotografer Forum F/21.

Kubangan Adudu merupakan sebuah kolam sumber air panas yang ada di Nantu. Di kubangan itulah babirusa secara rutin akan datang menjilati air yang mengandung mineral. Mineral itu mereka butuhkan untuk melawan toksin dalam tubuhnya.

Bukan hanya babirusa, jika beruntung di kubangan Adudu bisa pula dijumpai Anoa dan Macaca hecki (monyet hitam Sulawesi). "Di kubangan itu kami harus mengendap, tidak bisa berisik sama sekali, tidak bisa ada wangi-wangian dan asap rokok. Kami harus duduk diam berjam-jam menunggu babirusa datang. Kalau berisik sedikit saja mereka akan lari," kata Toar.

Semakin berkurangnya populasi babirusa di alam liar membuat satwa unik ini semakin susah dijumpai. Habitat aslinya semakin berkurang karena perambahan hutan. Demikian pula perburuan babirusa membuat populasinya terancam punah. Bahkan, di beberapa wilayah di Sulawesi Utara, babirusa sudah dinyatakan punah secara lokal.

Beruntung, kini babirusa punya hutan Nantu yang masih memberikan suaka areal terhadap pelestariannya. "Begitu mendapatkan foto-fotonya, kami merasakan sebuah sensasi yang luar biasa. Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga, betapa kita harus menjaga hutan demi kelestarian kekayaan hayati kita. Jangan sampai anak cucu kita hanya mendengar ceritanya tanpa bisa melihat lagi satwa-satwa tersebut," kata Fiqman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com