Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Caranya Tampil Modis dengan Hijab Tanpa Disebut "Jilboobs"

Kompas.com - 13/08/2014, 18:24 WIB
Kontributor Samarinda, Hyuna Azamta Asyifa

Penulis


SAMARINDA, KOMPAS.com — Fenomena jilboobs yang menjadi tren fashion di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), tak luput menjadi perhatian para desainer dan perancang busana. Meski banyak yang mengatakan jilboobs bukanlah pakaian busana syari, tetapi gaya berpakaian ini malah kerap dilirik perempuan-perempuan berhijab.

Jilboobs itu sebenarnya sebutan untuk pakaian seksi, namun menggunakan kerudung. Di Samarinda, rata-rata perempuan menggunakan pakaian hijab dengan tren fashion. Misalnya, ada bahan kaus, dengan gesper atau dengan vintage, tetap terlihat seksi kan,” kata Marie, salah satu perancang busana di Samarinda.

Menurut Merie, sebenarnya menutup aurat disarankan dengan mengenakan pakaian longgar. Tujuannya agar lekuk tubuh tidak terlihat dan tidak mengundang nafsu syahwat laki-laki. Namun, kata dia, bukan fashion namanya jika tidak menampilkan ragam busana modern. Oleh karena itu, para perempuan yang sejatinya penggila fashion akan tergiur untuk menggunakan ragam pakaian masa kini, termasuk jilboobs.

"Meski jilboobs itu sebutan untuk pengguna hijab bertubuh gempal, namun lekukan yang terlihat dari tubuh perempuan langsing berhijab juga sudah bisa disebut jilboobs. Jadi bukan salah mata memandang, tetapi ragam busana kian modernlah yang tidak bisa dilepaskan,” kata Marie.

Untuk itu, Marie berpesan, jika perempuan tidak ingin disebut pengguna jilboobs, dia menyarankan agar menggunakan pakaian yang longgar. Meski menggunakan celana jins, kata Marie, tetapi usahakan bagian atas menutup leher hingga ke bagian paha.

“Secara harfiah, jilbab itu tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Pakemnya berbusana muslim syari dengan tampilan yang tidak kampungan juga banyak kok. Bisa main di warna-warna baju. Bisa juga menggunakan pakaian yang modern, tapi tidak ketat dan menggunakan pakaian dalam atau manset,” ujar dia.

Lehlie Safitri, salah satu mahasiswi penyuka fashion hijab, juga mengatakan hal yang sama. “Namanya fashion ya, jilbab tetap harus trend center dan jangan kampungan. Saya sudah bersuami, wajar toh kalau mau dandan dan menggunakan busana yang beragam,” ujar dia.

Lehlie mengaku kerap hanya menggunakan kupluk dan ciput ninja untuk menutup aurat bagian kepala. Sedangkan bagian dada hingga kaki, dia hanya menggunakan kaus tebal dan jins.

“Saya suka jalan-jalan, apalagi kalau tengah travelling, saya pakai ninja dan kupluk. Leher saya kasih syal dan kausan, ya udah jalan. Masak iya itu dibilang jilboobs juga,” candanya.

Lehlie menegaskan, sebagai perempuan, dia juga malu jika pengguna jilbab lain disebut jilboobs. Sebab, tidak semua perempuan bisa bergaya dengan penampilan. Bahkan, lanjut dia, dalam keadaan terdesak, misalnya perempuan bisa menggunakan pakaian apa saja.

“Janganlah disebut jilboobs. Perempuan itu kadang mau tampil ala kadarnya dan terburu-buru. Tidak sempat lagi mau berpikir pakai baju apa, yang penting urusan kelar. Tapi ya itulah, fashion kadang tidak cocok di badan. Semoga dengan adanya fenomena jilboobs, kita bisa sadar dan beralih menggunakan busana syari,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com