Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran, Pak Pram, dan Wajah Saya yang Sulit Dipalsukan

Kompas.com - 31/07/2014, 15:46 WIB


Agus Mulyadi
, Blogger Jomblo

Bagi anak-anak, Lebaran adalah masa-masa krusial untuk mencari nafkah. Masa masa indah untuk mengumpulkan angpao sebanyak-banyaknya dari keluarga, kerabat, atau tetangga. Tak usah malu mengakui, Anda yang sekarang sudah dewasa pun, dulu pasti pernah merasakannya bukan?

Bagi anak-anak, angpao alias salam tempel lebaran seakan-akan menjadi sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan. Maklum, semakin besar jumlah uang yang didapat, semakin beragam pula pilihan mainan atau barang yang bisa dibeli di akhir masa lebaran.

Di kampung tempat saya tinggal, ada seorang warga bernama Pak Pram. Boleh dibilang, beliau adalah orang yang telanjur kaya. Rumahnya luas, mobilnya mewah. Saking kayanya, namanya kerap digunakan sebagai simbol kekayaan.

“Apa? Minta TV 21 inch? Memangnya bapakmu ini Pak Pram?” begitu kata bapak saya dulu sewaktu saya bercanda meminta dibelikan TV ukuran besar.

Di saat lebaran, rumah Pak Pram hampir tak pernah sepi pengunjung, khususnya anak-anak, apa lagi kalau bukan karena uang sangu yang diberikan kepada setiap anak-anak yang datang.

Dulu sewaktu SD, saya dan kawan-kawan tak pernah ketinggalan ujung (bahasa jawa:berkunjung) ke rumah Pak Pram saat Lebaran. Pokoknya, Lebaran belum sempurna kalau belum ujung ke rumah pak Pram. Bayangkan, di saat tetangga lain mentok hanya ngasih seribu rupiah sebagai salam tempel, Pak Pram berani ngasih lima ribu. Tentu itu adalah daya tarik yang jelas tak bisa ditolak oleh anak-anak seusia kami.

Jumlah uang salam tempel yang didapat selama lebaran di antara kami selalu bervariasi, namun selalu berada di angka rata-rata Rp 50-70 ribu.

Paijo, sahabat saya hampir selama tiga tahun berturut-turut selalu menempati peringkat pertama sebagai pengumpul uang salam tempel terbanyak. Saya kadang penasaran akan hal ini, mengingat setahu saya, Paijo tak punya saudara yang cukup elit.

Usut punya usut, rupanya paijo menggunakan trik licik namun brilian untuk bisa mengumpulkan pundi-pundi salam tempel Lebaran ini. Saya diberi tahu oleh Paijo, dengan catatan agar jangan membocorkan trik rahasia ini kepada kawan-kawan lain.

Rupanya selama ini Paijo selalu ujung ke rumah Pak Pram lebih dari sekali dalam sehari, bisa sampai dua atau tiga kali di hari Lebaran pertama dan dua kali di hari Lebaran kedua. Dalam setiap kunjungannya, Paijo selalu berganti pakaian, kadang malah sering berganti rombongan agar tak dikenali oleh Pak Pram. Jadi kalau yang lain hanya dapat lima ribu rupiah, Paijo bisa dapat sampai dua puluh ribu rupiah hanya dari Pak Pram seorang.

Demi mendengar penjelasan tentang trik licik ini, saya pun senang sekaligus jengkel. Senang karena akhirnya saya bisa tahu bagaimana cara si Paijo memperoleh banyak uang salam tempel, jengkel karena Paijo tak memberitahu saya trik ini sedari dulu.

Setelah tahu tentang trik ini, Di kesempatan Lebaran berikutnya, akhirnya saya punya kesempatan untuk mempraktikkan trik Paijo ini.

Pagi setelah saya bersama kawan-kawan ujung ke rumah Pak Pram, siangnya saya mencoba datang kembali ke rumah beliau, kali ini dengan mengenakan busana yang berbeda dengan yang saya pakai pagi harinya. Saya bahkan sampai mengenakan topi agar penyamaran saya berhasil. Saya sengaja ikut dengan rombongan anak-anak lain.

Setelah bersalaman satu per satu, Pak Pram pun kemudian membagikan lembaran lima ribu rupiahnya kepada setiap anak sambil berjalan berkeliling ke arah tempat duduk masing-masing anak yang memang posisinya dibuat melingkar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com