Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibilang Pemborosan, Ridwan Kamil Jelaskan Ide Kepala Dinas Magang di Singapura

Kompas.com - 24/07/2014, 21:07 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Kamis (24/7/2014) sore. Dalam rapat tersebut, dibahas sejumlah Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RDTR, Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan, Rumah Susun, Perubahan Perda Nomor 15 Tahun 2009, Pembentukan PDAM, serta Raperda tentang PJP APBD Tahun Anggaran 2013.

Tak disangka, dalam rapat tersebut pria yang akrab disapa Emil ini mendapat pertanyaan tentang rencananya memberangkatkan sejumlah kepala dinas untuk magang di pemerintahan Singapura dalam waktu dekat ini.

Emil pun membantah jika rencana tersebut dikatakan masuk dalam anggaran tahun 2013 yang sedang dibahas. Menurutnya, rencana tersebut masuk dalam anggaran tahun 2014. "Forumnya itu membahas pertanggungjawaban perda-perda tahun 2013. Kenapa membahas yang sedang akan, kurang relevan," ujar Emil.

Lebih lanjut Emil menjelaskan, pemberangkatan kepala dinas tersebut bukan semata-mata untuk perjalanan senang-senang. Selain itu, tidak semua kepala dinas diberangkatkan. Hanya dinas-dinas yang mengurusi masalah teknis saja yang akan diprioritaskan.

"Kebutuhannya sangat teknis, maka jumlahnya kita akan merespon dengan imbauan dengan mengurangi jumlah. Fokus yang teknis-teknis saja," ujar dia.

Pria lulusan University of California, Berkeley ini berharap, sepulang dari magang para kepala dinas bisa mengelola kota Bandung dengan ilmu yang didapatkan dari pemerintah Singapura yang dianggapnya lebih profesional. "Kenapa yang teknis? karena Wali Kotanya sendiri pernah tinggal di Singapura dan belajar langsung," kata dia.

"Dengan dukungan pemerintah Singapura ini kita disekolahkan, bukan jalan-jalan. Mereka (kepala Dinas) diajari bagaimana mengelola kota kelas dunia. Saya merasa itu sangat penting karena saya mengalami sendiri ilmu itu dan diterapkan ke dinas-dinas yang teknis, bagaimana teknis aspal yang benar, karena beda resepnya. Bagaimana caranya menata pohon-pohon biar rapi seperti di Singapura," urainya.

Lagi-lagi Emil membantah jika hal tersebut dianggap sebagai sebuah pemborosan. Menurut dia, ke Singapura ongkosnya tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Dan ilmu yang didapatkan lebih mumpuni. "Jaraknya dekat, harga tiketnya enggak jauh beda sama ke Surabaya atau Bali. Beda dengan Australia atau Eropa, jadi dari teori biaya sangat murah," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com