Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Kelenteng Liong Hok Bio Diduga karena Lilin

Kompas.com - 16/07/2014, 15:38 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Tengah menyelidiki penyebab kebakaran Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, Rabu (16/7/2014) siang. Tim tersebut terdiri dari empat orang. Mereka datang dari Semarang, Jawa Tengah, langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kebakaran.

Kasubid Fiskom Forensik Labfor Polda Jawa Tengah AKBP Rini Puji Astuti mengatakan, dari olah TKP itu, pihaknya membawa beberapa sampel benda yang diduga menjadi pemicu kebakaran, antara lain dua buah kipas angin yang terpasang di dinding kelenteng, satu kantong abu arang sisa kebakaran, dan beberapa kabel instalasi listrik.

"Kami memeriksa tiga titik di bangunan utama di sisi timur kelenteng," ucap Rini.

Rini belum dapat memastikan apakah sampel benda-benda itu menjadi sebab kebakaran kelenteng yang terletak di sisi selatan Alun-alun Kota Magelang itu. Benda-benda itu, kata Rini, selanjutnya akan diteliti di Laboratorium Forensik Polda Jateng di Semarang.

"Benda-benda ini nanti akan kita bongkar satu per satu. Semua komponen akan kita teliti. Kira-kira 10 hari ke depan hasilnya bisa diketahui," kata Rini.

Kendati demikian, berdasarkan analisis luar, Rini menduga penyebab kebakaran kelenteng berusia 150 tahun itu bukan berasal dari dupa ataupun lilin yang biasa dipakai untuk sembahyang umat. Sebab, menurut dia, nyala lilin memiliki temperatur rendah yang diyakini tidak mampu membakar benda-benda berbahan keras.

"Lilin itu mungkin memang bisa membakar, tetapi tidak bisa mencapai atau membakar benda-benda berbahan keras, seperti kayu yang besar. Tapi, kita masih akan perdalam di laboratorium," tandas Rini.

Sementara itu, Sutarso, Pembimas Buddha Kementerian Agama Kanwil Jawa Tengah menjelaskan, pihaknya belum dapat mengambil langkah apa pun terkait musibah ini. Sejauh ini, pihaknya telah melakukan pendataan dari peristiwa yang terjadi pada Rabu dini hari tadi.

"Hasil pendataan ini baru akan kami laporkan ke pusat untuk dirapatkan. Baru kemudian kita bisa ambil kebijakan," ujar Sutarso.

Menurut dia, musibah ini menjadi duka dan keprihatinan tersendiri. Terlebih lagi, belum lama ini, kejadian serupa juga menimpa kelenteng di Banyumas, Jawa Tengah, dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Disinggung mengenai bantuan renovasi kelenteng, Sutarso menyatakan Kemenag bisa memberinya, tetapi harus melalui dengan prosedur yang ditetapkan.

"Bantuan bisa turun, tetapi harus ada pengajuan proposal terlebih dahulu. Sama seperti kelenteng di Banyumas yang juga terbakar, pengurus telah mengajukan proposal dana senilai sekitar Rp 1 miliar," pungkas Sutarso.

Diberitakan sebelumnya, Kelenteng Liong Hok Bio hangus terbakar pada Rabu (16/7/2014) dini hari. Bangunan kelenteng yang berdiri sejak 1864 itu biasa dipakai untuk beribadah umat Buddha, Konghucu, Tao (Tri Dharma) Magelang, dan sekitarnya. Bahkan, kelenteng itu menjadi salah satu tempat rangkaian perayaan Waisak secara nasional setiap tahunnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com