Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Petani Beli Rumah Bekas demi Menambah Kekurangan Ruang Kelas SMP

Kompas.com - 14/07/2014, 15:45 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com — Sabur (45), warga Desa Aur Cina, Kecamatan Selagen Raya, Kabupaten Mukumuko, Bengkulu, yang mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Syuhada atau sekolah setingkat SMP gratis untuk keluarga miskin, terpaksa membeli rumah bekas untuk menambah ruang kelas.

"Awalnya saya bingung karena sekolah itu hanya punya dua kelas, yakni kelas satu dan dua. Namun sejak penerimaan siswa baru, ada 36 siswa baru dan tak ada ruang, makanya kami beli rumah bekas milik warga," kata Sabur, pendiri MTs Syuhada, Senin (14/7/2014).

Ia juga bersyukur, rumah bekas berukuran 3 x 6 meter yang terbuat dari papan itu tidak dibeli dengan cara tunai, tetapi dicicil.

"Rumah bekas itu milik tetangga saya, dijual dengan harga Rp 4 juta. Namun, si pemilik katakan tak harus dibayar lunas. Kapan saya ada uang, bisa dicicil. Ia juga peduli pada sekolah ini," kata Sabur.

Madrasah itu didirikan Sabur pada 30 Maret 2012. Kini sekolah tersebut memiliki 80 siswa yang dididik oleh 10 guru. Adapun para guru tak diberi gaji tetap.

"Karena sekolah tak miliki dana tetap, maka kalau ada bantuan, barulah guru bisa dapat uang lelah. Itu pun kadang-kadang mereka tak mendapatkan gaji. Mereka bekerja ikhlas untuk anak-anak," ungkap Sabur.

Sekolah tersebut dibangun atas prakarsa Sabur dan istrinya. Sabur awalnya seorang petani dan penjaga pintu air. Ia terpanggil hatinya untuk ikut membantu pendidikan anak-anak petani miskin di daerahnya.

Sabur pun memutuskan menjual kebun kelapa sawit untuk membeli seperempat hektar tanah yang selanjutnya akan jadi lahan sekolah. Bangunan sekolahnya pun sederhana. Dua ruang kelas berdinding papan dan seng bekas. Satu kelas lagi diambil dari rumah bekas yang baru dibeli dengan dicicil.

Kini, MTs Syuhada memiliki tiga kelas bercampur dengan kantor guru. Tak ada donatur tetap untuk sekolah ini. Bantuan pemerintah pun masih sangat terbatas.

Sabur berharap pemerintah, pihak swasta, ataupun individu ada yang bersedia menjadi donatur tetap di sekolah itu. Soal tenaga pendidik, Sabur mengaku dibantu beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendidikan dan lingkungan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com