Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maksud Hati Ingin Kerja di Surabaya, Purnomo Terpaksa Mengemis

Kompas.com - 04/07/2014, 10:32 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) telah siap menyambut luberan penghuni baru selama Ramadhan dan menjelang Lebaran. UPTD di bawah Dinas Sosial Kota Surabaya ini akan memaksimalkan dua barak baru (baca juga: Banyak Pengemis Saat Ramadhan, Pondok Sosial "Overload").

Barak ini sebenarnya dibangun khusus untuk anjal (anak jalanan) perempuan dan pria. Saat ini, dua barak itu hanya digunakan anjal.

Penghuni yang dilarang masuk barak anak-anak adalah gelandangan-pengemis, pekerja seks, dan orang gila. Petugas Liponsos tegas, tidak akan mencampur mereka dengan anak-anak.

“Kalau dicampur, kami khawatir akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis anak-anak jalanan di bawah umur. Tetapi kalau nanti (jelang Lebaran) jumlah penghuni yang dikirim ke sini semakin banyak, mungkin kami terpaksa mencampurnya di barak itu untuk sementara. Mau bagaimana lagi,” imbuhnya.

Berbagai dalih disampaikan para pengemis dari luar Surabaya. Menurut Sri Supadmi, umumnya orang-orang itu mengaku terpaksa mengemis karena telantar di Surabaya setelah gagal mendapat pekerjaan.

“Banyak dari mereka yang bilang datang ke Surabaya untuk mencari pekerjaan. Setelah tidak dapat, mereka terpaksa mengemis,” tutur Sri Supadmi.

Cerita Sri Supadmi persis yang diakui Purnomo. Pria 72 tahun ini sudah hampir dua bulan menghuni Liponsos usai terjaring razia saat mengemis di jalan. Ditemui Surya, duda satu anak ini mengaku berasal dari Desa Karanganyar, Kecamatan Kraton, Pasuruan.

Dia mengaku datang ke Surabaya untuk mencari kerja. Dia ditawari bekerja sebagai penjaga gudang oleh teman.

“KTP saya dibawa Hadi, teman, untuk ditunjukkan kepada bosnya. Saya sendiri datang ke Surabaya menyusul. Tetapi setelah sampai di Surabaya, saya tidak bertemu teman saya itu, sehingga terpaksa mengemis,” cerita Purnomo.

Purnomo tak mau disebut pengemis, karenanya ia berharap bisa segera dilepas.

“Saya ingin kembali ke Pasuruan, meskipun di sana sudah tidak ada keluarga lagi. Saya  tidak tahu di mana anak saya sekarang,” tutur Purnomo. (ben/idl)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com