”Memang sebelum kepergiannya ia sudah memberi banyak pesan kepada kami, salah satunya kerap menelepon satu bulan terakhir ini,” urai Efendi, kakak korban.
Kesan Safriadi yang belakangan mengganti namanya menjadi Muhammad Safri ini memang begitu mendalam bagi keluarganya. Sosok ceria dan suka membuat kejutan ini dinilai penyayang dan tak pernah melupakan sanak saudaranya di kampung.
”Setiap tahun menjelang Ramadhan ia selalu mengirim zakatnya ke Aceh, seperti niatnya saat pulang kemarin yakni untuk menyerahkan sendiri zakatnya, namun Tuhan berkehendak lain,” tambah Suryani di kediaman orangtua Safri, Dusun Cureh Barat, Kecamatan Geulanggang Gampong, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh, Jumat (20/6/2014).
Begitupun kepulangannya kemarin hanya diketahui sang istri, Roslinda, yang saat ini sudah bertolak ke Malaysia. Keluarga terkejut saat mengetahui kapal tongkang yang ditumpangi Safriadi tenggelam di lautan lepas.
Efendi mengaku adiknya yang memiliki empat anak ini sudah lama berkeinginan pulang karena ingin membangun sebuah rumah buat keluarganya. Karena itu empat tahun terakhir, Safriadi tak sempat pulang ke Aceh karena disibukkan mengumpulkan uang untuk memenuhi keinginannya itu.
Namun, ia tetap menjaga silaturahim dan berkomunikasi dengan keluarganya, khususnya kakaknya di Aceh. Bungsu dari enam bersaudara itu diakui kakak-kakaknya memiliki motivasi dan kerja keras tinggi dalam bekerja sehingga mampu bertahan hingga hampir sepuluh tahun di rantau orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.