Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mucikari Dolly Hidup dari 10 Persen Ongkos Kencan

Kompas.com - 18/06/2014, 09:29 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com — Seorang pria paruh baya bertubuh tambun berdiri di depan salah satu wisma di Gang Dolly, Selasa (17/6/2014). Dia mempersilakan para lelaki yang melintas di Gang Dolly pada malam itu untuk mampir dan melihat-lihat perempuan yang dipajang di etalase wisma.

Aktivitas itu dilakukannya sejak pukul 19.00 WIB hingga menjelang pagi setiap harinya. Solikin (53), yang dikenal dengan nama Gendut di kalangan mucikari di Gang Dolly, sudah 24 tahun bekerja sebagai mucikari di Dolly.

Upahnya, 10 persen dari ongkos kencan tamu para PSK.

"Di sini, tarif kencan dengan PSK Rp 100.000 untuk sekali kencan, jadi saya dapat Rp 10.000 dari setiap tamu," kata pria asal Kota Batu, Jawa Timur, ini.

Kadang-kadang, selain dari honor pokok itu, dia juga diberi uang tip dari tamu, atau sekadar sebungkus rokok. Kata Solikin, semua wisma menerapkan sistem yang sama dalam menggaji mucikarinya, yakni 10 persen dari biaya kencan.

Jika ongkos kencannya Rp 200.000, maka si mucikari mendapat Rp 20.000.

"Setelah dipotong mucikari 10 persen, baru sisanya dibagi dua antara PSK dan pemilik wisma," ujarnya.

Solikin sangat menggantungkan hidupnya dari profesi ini. Dia harus menghidupi dua istri dan enam anaknya di kampung halaman.

"Ya kalau pemerintah menutup Dolly, terus saya kerja apa? Wong saya bisanya cuma mencari tamu. Usaha istri di kampung tidak bisa diandalkan," tambahnya.

Semenjak ada isu penutupan Dolly, Solikin mengatakan bahwa usaha wisma yang mempekerjakannya bersama tiga temannya itu menurun drastis. Jika sebelumnya pernah hampir mencapai 100 tamu dalam semalam, maka akhir-akhir ini Solikin mengaku bahwa mencari 15 orang dalam semalam saja sulit.

"Mami pemilik wisma memang sering ngomel, tetapi gimana lagi, wong memang sepi pengunjung," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com