Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Makanan Berformalin dan Daging Sapi Campuran!

Kompas.com - 13/06/2014, 07:18 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com -- Masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, diimbau mewaspadai daging sapi dengan campuran daging lain dan makanan berformalin di pasaran menjelang Ramadhan.

“Kami imbau agar masyarakat waspadai barang kedaluwarsa, serta mi basah atau tahu yang dicampur formalin. Sedangkan daging sapi campur (daging lain) tahun lalu juga memang pernah ada, maka kami minta untuk waspada," kata Kepala Dinas Perindag Koperasi dan UMKUM Kabupaten Semarang Moch Natsir, Kamis (12/3/2014).

Berdasarkan pengalaman pada 2013, menjelang Ramadhan beredar daging bercampur dan makanan berformalin di wilayah ini. Mi berformalin datang dari Magelang, Jawa Tengah. Selain mi, pada tahun lalu beredar pula tahu dan ikan berformalin.

Natsir mengatakan, instansinya secara berkala juga melakukan pengawasan. "Seminggu dua kali Selasa dan Kamis,” ujar dia. Natsir mengatakan, masyarakat harus pula bersikap kritis ketika mendapati barang dijual dengan harga di bawah harga pasaran.

Bila menjumpai barang berharga lebih murah tanpa ada penjelasan yang masuk akal, imbuh Natsir, barang tersebut patut diduga bercampur barang kedaluwarsa atau bahan lain tak sesuai keterangan yang disampaikan. Makanan berformalin sangat berbahaya dan pelaku yang mencampur tentu melanggar hukum.

“Toko modern justru lebih patuh, mereka tidak kucing-kucingan. Tetapi malah di pasar tradisional yang sering kali seperti itu. Yang menjual bahan makanan seperti itu biasanya ya orang-orang itu saja," kata Natsir.

Natsir mengatakan, instansinya hanya dapat melakukan pengawasan dan melaporkan temuan karena tidak memiliki aparatur penyidik pegawai negeri sipil. Instansinya, ujar dia, tak bisa melakukan tindak lanjut atas temuan tersebut.

Selain itu, lanjut Natsir, instansinya juga memantau produk-produk yang didatangkan dari China dan negara lain, baik di pasar tradisional maupun pertokoan modern. Ada kemungkinan makanan impor tersebut, kata dia, tak berizin. “Misalnya itu permen dan makanan lain dari China. Kami bekerja sama dengan instansi lain untuk melakukan operasi di lapangan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com