Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sangeangapi di Bima Meletus, Status Siaga

Kompas.com - 30/05/2014, 18:58 WIB
KOMPAS.com — Gunung api Sangeangapi di Kabupaten Bima, NTB, meletus pada Jumat (30/5/2014) pukul 15.55 Wita. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, menyebutkan, tinggi letusan 3.000 meter ke arah barat. Abu vulkanis sebagian besar jatuh ke laut.

"Terkait dengan adanya letusan tersebut maka PVMBG telah menaikkan status dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) terhitung mulai hari ini Jumat 30 Mei 2014 pukul 16.00 Wita," kata Sutopo.

Dia menjelaskan, tidak ada permukiman permanen di Pulau Sangeangapi. Penduduk Sangeang daratan memiliki kebun di pulau tersebut sehingga saat terjadi letusan penduduk yang sedang berada di kebun berevakuasi dibantu oleh BPBD Bima bersama SAR, TNI, dan Polri dari Pulau Sangeang menggunakan kapal.

"Saat ini penduduk telah dievakuasi ke Sangeang darat. Bupati Bima dan BPBD Bima sudah berada di Desa Sangeang, Kec Wera, Kab Bima yang berjarak 6 km dari gunungapi. BPBD telah mengirimkan logistik dan peralatan ke daerah tersebut," katanya.

Sutopo mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa. Kepala BNPB Syamsul Maarif telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB segera ke lokasi untuk memberikan pendampingan BPBD Bima.

Pulau Sangeangapi adalah pulau vulkanis yang penduduknya telah dikosongkan melalui transmigrasi lokal ke Kecamatan Wera (Sangeang darat) sejak tahun 1985. Transmigrasi dilakukan setelah letusan tahun 1953 dan tahun 1985.

Lahan yang ditinggalkan saat ini telah berkembang menjadi ladang dan rumah sementara (salaya) yang umumnya ditempati saat musim tanam (Agustus-November) dan musim panen (Maret-Mei). Ladang dan salaya ini berada di kawasan rawan bencana (KRB III).

Terkait dengan letusan Gunung Sangeangapi tersebut maka masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di Pulau Sangeangapi. Gunung Sangeangapi adalah salah satu gunung yang cukup sering meletus seperti pada tahun 1911, 1953, 1964-1967, 1985-1987, dan 1997-1999.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com