Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Peroleh Layanan Kesehatan, Korban Lapindo Dilarang Sakit (7)

Kompas.com - 28/05/2014, 14:45 WIB

SIDOARJO, KOMPAS.com — Para korban lumpur Lapindo mengeluh karena mereka kesulitan mengurus jaminan kesehatan dari pemerintah yang saat ini ditangani Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (baca juga: Korban Lumpur Lapindo Sulit Urus Jaminan Kesehatan (1).

Karena tidak mau mati dalam ketidakpastian bisa menikmati layanan kesehatan gratis dari negara, para korban lumpur Lapindo membentuk lembaga pendanaan mandiri, Jimpitan Sehat (baca juga: Korban Lumpur Lapindo Bertahan dengan Jimpitan Sehat (6). Menurut Saropah, salah satu korban, Jimpitan Sehat sangat membantu dia dan keluarganya.

Di Komunitas Ar Rohmah, lanjut Saropah, selain terdapat penghimpunan Jimpitan Sehat, juga telah dibentuk koperasi kecil-kecilan.

Di koperasi itu, para anggota yang berjumlah sekitar 30 orang, bisa meminjam uang sewaktu-waktu saat benar-benar membutuhkan.
Ketua Komunitas Ar Rohmah, Harwati (39), menyebutkan, komunitas yang dia kawal itu saat ini lebih fokus pada upaya penanganan kesehatan dan ekonomi korban lumpur Lapindo yang menjadi anggota.

Selain melalui Jimpitan Sehat dan koperasi, di komunitas tersebut para anggota juga kerap menggelar pelatihan usaha.

“Ada pelatihan membuat kerajinan tangan seperti menyulam dan merajut. Hasilnya beberapa kali kami ikutkan pameran dan dijual. Keuntungannya juga buat anggota,” papar Harwati.

Upaya Harwati mendorong perbaikan kesehatan warga korban lumpur Lapindo di Komunitas Ar Rohmah didorong masih banyaknya korban yang belum dimasukkan dalam Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) sehingga menyebabkan mereka kesulitan memperoleh layanan BPJS Kesehatan.

Harwati sendiri mengaku terinspirasi dari perjalanan hidupnya.

Tahun 2008 silam, warga Siring yang kini hijrah ke Desa Candipari tersebut kehilangan suaminya, Muhtadi, karena kanker ulu hati. Saat meninggal, Muhtadi berusia 42 tahun.

Kematian Muhtadi sempat menyisakan kenangan pahit bagi Harwati.

Sebelum meninggal, RSUD Sidoarjo menolak merawat Muhtadi. Alasannya, Lapindo Brantas belum menyelesaikan tunggakan ke RS.

Padahal, satu-satunya kesempatan berobat ketika itu adalah menggunakan bantuan pengobatan yang diberikan Lapindo.

“Dari kejadian itu, saya sering kali kesal kalau mendengar ada orang miskin yang kesulitan dapat pengobatan. Kesannya seperti orang miskin memang benar-benar dilarang sakit,” pungkasnya. (ben)

TAMAT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com