Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volume Otak Mengecil, TKW Sihatul Terancam Mati Sosial

Kompas.com - 26/05/2014, 16:31 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com
 — Kondisi tenaga kerja wanita (TKW) Sihatul Alfiyah yang sebelumnya terbaring selama 8 bulan di Taiwan, sudah mulai bisa menunjukkan respons yang cukup signifikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Tim Dokter RSUD Blambangan Heri Subiakto kepada Kompas.com, Senin (26/5/2014).

"Respons semakin hari semakin menunjukkan kemajuan terlihat dari refleks cahaya dan bulu mata. Selain itu juga dilakukan trakeostomi yaitu membuat lubang di leher sebagai prosedur untuk pembersihan jalan napas," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, dari hasil foto kepala Sihatul terlihat tidak ada keretakan. "Sempat dikatakan jika ada luka benturan di bagian kepala, namun dari hasil scan, tidak ditemukan keretakan, termasuk juga foto dada, semuanya normal. Namun ada kelainan otak dan ada pengecilan volume otak dan ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen dan glukosa pada otak antara 4 sampai 8 menit," jelasnya.

Namun, menurut dokter Heri Subiakto, Sihatul masih belum bisa melakukan refleks batuk, refleks muntah, dan refleks menelan.

"Dan kami masih terus melakukan rehabilitasi medik secara teratur termasuk mengurangi infeksi dari penggunaan alat. Selain itu, setelah 7 hari, Sihatul juga sudah tidak lagi menggunakan ventilator. Dan ini merupakan kondisi yang luar biasa mengingat ia dinyatakan sempat koma 8 bulan di luar negeri," tambahnya.

Sementara itu, dokter I Nyoman Kertia, salah satu tim dokter menjelaskan, Sihatul tidak akan bisa normal seperti semula dan terancam cacat seumur hidup.

"Ada 4 jenis mati, yaitu mati klinis, mati biologis, mati sosial, dan mati jantung. Nah, mbak Sihatul ini masuk kategori mati sosial karena ia tidak bisa berinteraksi secara sosial dengan orang lain, termasuk dengan keluarganya sendiri," paparnya.

Selain itu, ia masih butuh bantuan orang lain atau hidup vegetatif. "Semoga ia bisa duduk. Dan untuk mengurangi infeksi kami mengganti posisi alat-alat kesehatan, seperti untuk selang napas kita ganti posisi setiap 7 hari sekali. Untuk hormonal juga normal. Dari laporan perawat, ia juga mengalami menstruasi. Kalau waktu di luar negeri, kami tidak tahu, karena baru kurang satu bulan Sihatul di Banyuwangi," pungkasnya.

Sihatul berangkat ke Taiwan dan bekerja di peternakan sapi perah di Tainan City. Ia harus mengurus 300 ekor sapi perah seorang diri mulai pukul 03.00 hingga pukul 22.00 waktu setempat.

Sihatul sempat di rawat di Chi Mei Medical Center di Liouying, Taiwan, lalu dipindahkan ke Panti Jompo di Min An Road Distrik Baihe, Kota Tainan. Dari pemeriksaan kesehatan sempat ditemukan luka benturan di bagian kepala Sihatul akibat benda tumpul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com