Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi NTT Tuding Bupati Belu Jadi Mafia Tambang

Kompas.com - 25/05/2014, 10:07 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


ATAMBUA, KOMPAS.com
- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) menuding Bupati Kabupaten Belu menjadi mafia dan penjilat investor tambang mangan PT Nusa Lontar Resources yang beroperasi di Desa Ekin, Sisifatuberal, dan Desa Lutarato, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu.

Tudingan Walhi itu lantaran lambannya respons Bupati Belu terkait tuntutan sejumlah pastor dan umat katolik di Atambua yang ingin agar pemerintah segera melakukan moratorium terhadap perusahaan mangan. Sebab, limbah mangan telah melukai lebih dari 1.000 warga tiga desa di sekitar areal tambang.

Manager Kampanye Tambang dan Energi Walhi NTT, Melky Nahar kepada Kompas.com, Sabtu (24/5/2014) malam mengatakan, sampai hari ini, perusahaan tambang mangan yang mengantongi IUP Nomor 74/HK/2011 dengan luas konsensi lahan sebesar 967 kilometer persegi itu, masih melangsungkan aktivitas di lokasi tambang.

"PT Nusa Lontar Resources masih melakukan aktivitas di Dusun Aitameak, Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan," beber Melky Nahar.

Menurutnya, aksi protes dari masyarakat yang menolak investasi pertambangan di wilayah itu tidak mendapat respons positif dari Bupati Belu.

"Masyarakat setidaknya sudah melakukan protes keras terhadap Pemkab Belu berturut-turut pada 7 dan 16 Mei 2014 lalu. Tapi faktanya, pihak perusahaan tetap melakukan aktivitas di lokasi," ungkap Melky dengan nada kesal.

Melky mengatakan, fakta ini mau menunjukkan kepada publik bahwa Bupati Belu memang mendukung investor tambang daripada masyarakat yang menderita akibat limbah dan debu mangan.

"Saya menduga kuat bahwa bupati sudah menjadi mafia dan penjilat untuk investor tambang," tuding Melky.

Menurutnya, keberadaan PT Nusa Lontar Resources sudah jelas tidak sesuai dengan UU dan aturan lainnya.

"Apa dalil Bupati Belu yang hingga saat ini belum mencabut IUP PT Nusa Lontar Resources," tanya Melky.

Terkait tudingan itu, Penjabat Bupati Belu, Welem Foni berkali-kali dihubungi melalui telepon genggamnya, namun tidak diangkat. Dua pesan singkat yang dikirim hingga berita ini ditulis, belum juga dibalas.

Pastor protes tambang

Sebanyak 300 umat Katolik yang berasal dari perwakilan Paroki Sedekenat Belu Utara, Keuskupan Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tengara Timur (NTT), bersama puluhan pastor dan suster, melakukan aksi unjuk rasa di kantor Bupati Belu, Jumat (16/5/2014).

Massa yang tergabung dalam gerakan Pro-Kehidupan (G-Prok) itu mendesak pemerintah segera menghentikan segala aktivitas pertambangan bijih mangan PT Nusa Lontar Resources di Dusun Aitameak, Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan, karena limbah dari mangan itu telah membuat ratusan warga di tiga desa terkena penyakit kulit.

Selain G-Prok, sejumlah organisasi juga ikut dalam aksi tersebut. Mereka adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi NTT, Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia wilayah NTT, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Atambua, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonensia (GMNI) cabang Atambua dan Orang Muda Katolik (OMK) dan Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) OFM Timor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com