Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pemadaman Listrik di Kaltim Sulit Diatasi?

Kompas.com - 14/05/2014, 21:14 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero akhirnya blak-blakan tentang penyebab pemadaman listrik yang masih terjadi di tiga wilayah, yakni Balikpapan, Tenggarong, dan Samarinda di Kalimantan Timur.

Belum adanya pasokan gas untuk pembangkit baru, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Senipah di Kutai Kartanegara, menjadi penyebab utama "byar pet" yang hingga kini belum terselesaikan.

Manajer Bidang Perencanaan PLN Wilayah Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara), M Fathol Arifin mengatakan, pembangkit terbaru yang dioperasikan pihak swasta, PLTG Senipah, merupakan jawaban persoalan pemadaman di Kaltim.

"PLTG Senipah selesai akhir bulan lalu (April 2014). Pembangkit ini sudah tersambung ke Sistem Mahakam. Tapi Senipah terkendala pasokan gas (dari vendornya)," kata Fathol.

Kaltim mengalami pemadaman bergilir tiada henti belakangan ini. Jumlah cadangan listrik di bawah standar, berpotensi pemadaman listrik bila pembangkit maupun jaringan mengalami gangguan dan perawatan rutin.

Tipisnya cadangan listrik tampak dari daya mampu jaringan pembangkit 350 MW untuk melayani beban listrik 340 MW. Pemadaman dengan durasi panjang pun terus berulang setiap hari. Akibatnya, PLN terus menjadi sasaran kemarahan warga yang diwujudkan dalam berbagai aksi unjuk rasa.

Tercatat, empat kali unjuk rasa digelar di depan kantor PLN di Balikpapan dalam satu bulan belakangan. Satu kali unjuk rasa berakhir ricuh. Unjuk rasa terakhir dilakukan ratusan mahasiswa Universitas Balikpapan di depan pintu masuk PLN Balikpapan, Rabu (14/5/2014). Kendati berlangsung dengan tensi panas, unjuk rasa mahasiswa Uniba berjalan damai.

Fathol mengatakan, PLTG Senipah berdaya mampu 2x41 MW, merupakan salah satu andalan PLN mengatasi pemadaman bergilir berkepanjangan ini. PLTG ini sepenuhnya milik Konsorsium Kutai Energi Perkasa (KEP), gabungan beberapa perusahaan dengan Perusda Kutai Kartanegara.

"PLN cuma beli energi (listriknya) saja. Sama dengan pelanggan listrik dari pengembang pembangkit," katanya.

PLTG Senipah berbahan bakar gas dengan kebutuhan pasok 20 mmscfd per hari. PLTG menjalin kerja sama sebuah perusahaan migas (Total Indonesia), sebagai satu-satunya pemasok gas.

"Hanya saja kini manajemen PLTG harus dihadapkan pada pembicaraan harga gas. (Negosiasi) ini sudah sampai ke meja Kementerian ESDM," kata Fathol.

Penyelesaian molor

Pihak PLN dan KEP sepakat bahwa listrik PLTG Senipah akan mengaliri Sistem Mahakam pada Juni 2013. Kesepakatan ini tertuang dalam kontrak jual beli tenaga listrik yang ditandatangi kedua pihak pada 2011.

Deputi Manajer Perencanaan Korporat PLN Kaltim-Kaltara, Didit Hadisantoso, mengungkapkan, perjalanan proyek penyelesaian jadi molor dan baru benar-benar selesai pada akhir April 2014 lalu.

"Pada saat itu harga gas dari pemasok pun juga mengalami ekskalasi (naik). Karena itu, pengembang PLTG harus melakukan pembicaraan harga di antara pemasok dengan PLTG. Dan kini sampai ke tingkat Kementerian ESDM," katanya.

Didit mengatakan, seharusnya semua pihak yang terlibat dalam urusan setrum ini lebih bijak mengambil sikap. "Byar pet" tidak dibiarkan berkepanjangan. Ia berharap, selagi negosiasi berlangsung, pasokan gas bisa dialirkan terlebih dahulu sehingga turbin pun membangkitkan listrik, dan pasokan daya mampu saat ini pun bertambah setidaknya 80 MW. Listrik Kaltim pun akan mengalami surplus. Cadangan listrik pun bakal tercukupi.

"Karena pemasok gas sudah ada. Pipanisasi dan infrastruktur sudah terhubung. Hanya tinggal buka kran," kata Didit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com