Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Nyadran, Tak Sekadar Kenduri di Sepanjang Jalan

Kompas.com - 12/05/2014, 15:12 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Tradisi Sadranan atau Nyadran hampir tidak pernah dilewatkan oleh masyarakat Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Sebuah tradisi turun-temurun untuk menghormati leluhur serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Sejak Senin (12/5/2014) pagi, ratusan warga berkumpul di halaman Masjid Al-Ikhsan, dusun setempat. Mereka pun duduk berjajar di sepanjang jalan dusun dengan menggelar tikar dan daun pisang.

Acara dimulai dengan doa bersama (tahlil) yang dipimpin oleh ulama desa setempat. Tradisi Nyadran biasanya digelar setiap awal bulan Rajab, atau lebih kurang sebulan sebelum Ramadhan dalam kalender Islam.

Selain diikuti warga Sorobayan, tradisi ini juga diikuti oleh warga dusun sekitarnya seperti Dusun Ngepos, Gondanglegi dan Canguk.

Menurut Sholeh, Kepada Dusun setempat, Nyadran merupakan dakwah Islam Walisongo tanpa meninggalkan budaya lokal.

Nyadran juga sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa leluhur ketika berjuang membangun kampung yang terletak di kaki Gunung Merbabu itu.

"Kami berdoa kepada Tuhan untuk leluhur kami yang telah meninggal. Mereka telah berjuang, mulai ketika mereka membuka hutan hingga menjadi pemukiman seperti ini," kata Sholeh.

Usai berdoa, masyarakat melakukan kenduri atau makan bersama yang dilakukan di sepanjang jalan dusun. Setiap keluarga membawa makanan sendiri dari rumah. Biasanya berupa makanan khas tradisonal antara lain opor ayam kampung (ingkung), sayur buncis, sambal goreng kentang, rempah, perkedel dan lain sebagainya.

Kenduri inilah menjadi satu rangkaian Nyadran yang paling ditunggu. Rasa kebersamaan antarkeluarga, dan warga lainnya tercipta di-momen ini, tanpa membedakan kaya maupun miskin.

Warga membaur menikmati makan meski dengan wadah daun pisang. Sesekali mereka juga saling tukar makanan yang mereka bawa. "Sehari sebelum Nyadran, kami berziarah ke makam. Dahulu, kenduri dilakukan di sepanjang jalan menuju makam. Namun karena faktor kebersihan, selanjutnya kenduri dilakukan di jalan dusun ini yang lebih bersih," imbuh Sholeh.

Tidak hanya itu, Nyadran juga sebagai ajang berkumpul sanak keluarga. Beberapa warga Sorobayan yang tingga di kota perantuan seperti Muntilan, Solo, Semarang, menyempatkan hadir di kegiatan tahunan ini.

Ditambahkan Mamudiono, Sekretaris Desa Banyuurip, bahwa tradisi ini juga sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan rejeki dan ketentraman yang diberikan warga Sorobayan dan sekitarnya.

Nyadran juga sekaligus wujud kerukunan antar warga. "Kami berharap tradisi ini terus dilestarikan agar kerukunan warga terus terjalin. Di sini kita juga bersama-sama mendoakan leluhur kita, saudara kita, yang sudah menghadap Tuhan yang Maha Esa," ujar Mahmudiono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com