Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pemuda Tewas Dianiaya, Kabupaten Berau Sempat Mencekam

Kompas.com - 09/05/2014, 20:38 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Situasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, sempat mencekam pasca-tewasnya seorang pemuda bernama Rudi Hartono, Rabu (7/5/2014). Rudi tewas akibat dianiaya tiga pemuda di Jalan Singkuang, Tanjung Redeb.

Ratusan warga mengatasnamakan salah satu etnis di Berau berikat kepala merah nyaris melampiaskan amarah dengan cara membabi buta demi mencari para pelaku penganiayaan.

"Pelaku tertangkap lebih dulu di Bulungan. Kelompok warga yang sempat panas pun reda setelah perundingan dan diberi pengertian. Mereka meminta tersangka dihukum setimpal," kata Kepala Humas Polda Kaltim, Kombespol Fajar Setiawan, Jumat (9/5/2014).

Bermula dari kehadiran Rudi yang menghardik Rizal (26) yang sedang berduaan dengan seorang wanita bernama Putri di Jalan Singkuang, Rabu (7/5/2014).

Rudi dan Rizal pun cekcok. Keduanya perang mulut sambil salah seorang di antaranya mengagungkan etnisnya.

"Karena hardikannya dirasa tidak sopan, perang mulut lah mereka. Keduanya kemudian berkelahi. Rizal membawa sajam (senjata tajam), lalu menusuk," kata Fajar.

Haidir (21) dan Dika (21) tak jauh dari keduanya, turut membantu Rizal. Haidir dan Dika memukul Rudi pakai balok kayu. Rudi kemudian ditinggal terkapar di jalanan. Ia menghembuskan nafas terakhir sesampai di rumah sakit.

"Rizal lari ke Bulungan. Kita kejar dan ditemukan Kamis (8/5/2014). Dua yang lain sembunyi di rumahnya. Ketiganya sempat diamankan di polres," kata Fajar.

Kamis pagi, Tanjung Redeb mencekam. Orang-orang berikat kepala merah sambil menenteng sajam dan tombak mendatangi Polres Berau. Beberapa kelompok yang sama ditemukan di beberapa ruas jalan kota. Mereka menuntut ketiga pelaku diadili secara adat di Berau.

Menghindari kemungkinan terburuk, Rizal dkk diterbangkan ke Polda Kaltim. Mereka menjalani proses hukumnya di Jahtanras Polda. Situasi kemudian kian panas menuntut para tersangka dikembalikan ke Polres Berau.

Kapolda Kaltim serta sejumlah petinggi Polda sampai terbang ke Berau bertemu dengan para pemimpin adat dan agama untuk meredakan situasi.

"Setelah tertangkap, sorenya tersangka langsung kami terbangkan ke Balikpapan. Polres Berau sendiri sempat didatangi kelompok warga. Mereka menuntut 'nyawa ganti nyawa'. Setelah berunding dan saling pengertian, mereka menerima bahwa perkara ini diselesaikan secara hukum," kata Fajar.

Menyesal

Rizal dkk tertunduk, mematung, dan diam ketika mengetahui perbuatan mereka nyaris berlanjut dengan kerusuhan massa. Haidir, salah satu tersangka, mengaku khilaf atas kejadian itu.

"Saya tidak sempat berpikir kalau kejadian ini akan menjadi sebesar ini (menimbulkan kemarahan orang banyak). Saya benar tak terpikir," kata Haidir.

Haidir lahir dan besar di Tanjung Redeb, 21 tahun lalu. Kedua orangtua dan saudara-saudaranya juga tinggal di sana. Haidir mendengar Rudi akhirnya tewas setelah mereka aniaya. Ia juga mendengar bahwa ada massa yang marah atas kematian Rudi. Kabar itu membuat dirinya panik.

Rudi mengatakan, bersama keluarganya buru-buru keluar dari Tanjung Redep ke Arau Bulungan untuk menghindar dari kemarahan massa. "Mereka sempat keluar Berau. Tapi sekarang tak tahu dimana," katanya.

Haidir mengaku hanya ingin membantu Rizal lantaran kenalan lama. Rizal sendiri mengaku keberatan atas perkataan Rudi yang dirasa bernada kasar. "Dia mengatai teman (wanita) saya," kata Rizal. Ia pun mengaku emosional dan menganiaya Rudi.

Sama dengan Haidir, Rizal tak menyangka kejadian ini melebar. Ia pun segera lari ke Bulungan, kabupaten tetangga Berau. Tak sampai satu hari, Rizal diciduk polisi di sana. Ketiganya kemudian digiring ke Polda Kaltim di Balikpapan untuk diproses lebih lanjut. Mereka terancam Pasal 338 KUHP tentang penganiayaan junto 170 tentang pasal pengeroyokan.

"Benar mas, tak terpikir kalau sampai sejauh ini," kata Haidir berkali-kali sambil tertunduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com