Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Diduga Penderita MERS Meninggal di Denpasar

Kompas.com - 07/05/2014, 16:37 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Penderita penyakit yang diduga karena MERS akibat virus corona, AS (50), meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu (7/5/2014) sekitar pukul 00.20 Wita.

"Pasien yang meninggal masih menunggu hasil dari Litbangkes di Dinkes agar mengetahui apakah AS meninggal positif atau negatif MERS-Cov," kata Kepala Bidang Penunjang Medis RSUP Sanglah dr Ken Wirasandhi.

Ia mengatakan, pasien tersebut mempunyai riwayat penyakit paru obstruksi ironis (PPOK) dan jantung dan sempat mengeluh mengalami sesak dan batuk sejak satu bulan lalu.

Hasil rontgen menunjukkan bahwa pasien mengarah ke PPOK. Namun, pasien sempat pulang umrah pada 3 April, dan satu minggu kemudian, pada 10 April, pasien sempat pergi berobat ke Poli Paru RS Sanglah.

"Pasien sudah jalani tindakan pemeriksaan lab. Dari hasil tersebut dilihat, belum ditemukan data mendukung bahwa adanya MERS-Cov (Middle East respiratory syndrome coronavirus) dalam pemeriksaan darah," ujarnya.

Ken menjelaskan bahwa pemeriksaan foto dada menunjukkan adanya penyakit paru kronis yang mengakibatkan fungsi tersebut menurun.

"Kemungkinan pasien perokok berat atau mempunyai penyakit lama sehingga ada fungsi paru yang berkurang. Entah itu karena kelelahan atau debu, itu bisa menyebabkan penyakit kambuh kembali sehingga memperburuk kondisi pasien," ujarnya.

Ia mengatakan, pasien dengan dugaan virus corona harus diobservasi dan diisolasi karena bisa menular lewat partikel udara yang mungkin dihasilkan ketika seseorang batuk atau bersin.

Partikel-partikel tersebut kemungkinan masih mengandung mikroorganisme menular dan cenderung cepat hilang dari udara sehingga risiko penularan penyakit tersebut terbatas pada lingkungan terdekatnya. Oleh karena itu, penularan tersebut terjadi ketika gejala sudah timbul.

"Potensi kematian penyakit ini cukup besar, apalagi pasien menderita penyakit komplikasi lain, seperti diabetes, asma, darah tinggi, dan jantung," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah dr Dudut Rustyadi, SpF, mengungkapkan bahwa penanganan terhadap pasien yang terkena infeksi ataupun wabah tersebut akan berbeda dengan jenazah yang meninggal pada umumnya.

"Petugas perlu memakai alat pelindung diri (APD) untuk mencegah penularan dari virus, yang tertular dari jenazah yang diduga atau suspect suatu penyakit menular," ujarnya.

Begitu pula ketika jenazah dimasukkan ke dalam peti.

"Ada prosedur yang dilakukan petugas medis dalam menangani pasien yang terindikasi suspect penyakit menular itu," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com