"Sebagai pendidik, kami menyadari perlu dilakukannya upaya-upaya pelestarian budaya sendiri yang akan berkontribusi pada pembentukan karakter generasi muda,” kata Sardiman AM MPd, ketua panitia festival yang juga Kepala Museum Pendidikan UNY di kampus setempat, Selasa (6/5/2014).
Sardiman menambahkan, seni pedalangan, selain memiliki nilai budaya yang tinggi, juga mengandung nilai pendidikan dan pembangunan karakter. Namun saat ini, seni tersebut tergerus oleh gempuran budaya asing. Salah satu penyebabnya adalah sedikitnya kesempatan bagi para dalang muda/dalang cilik untuk menampilkan kebolehannya.
"Selama ini masih minim perhatian pada dalang-dalang cilik, padahal potensinya sangat besar. Jika mereka tidak diberi ruang, potensinya tidak akan berkembang dan satu ketika kita akan kehilangan budaya yang adiluhung ini,” lanjut Sardiman.
Selain itu, Sardiman menuturkan, festival yang dilaksanakan 6-8 Mei 2014 ini memiliki tujuan lain, yakni menggugah masyarakat luas melalui pesan moral yang tersirat dalam setiap cerita wayang yang dipentaskan.
Festival dalang cilik tahun ini diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Para peserta berumur d ibawah 12 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sementara itu, Wakil Rektor I UNY Wardan Suyanto EdD menuturkan, UNY mengagendakan festival dalang cilik ini sebagai agenda tahunan. Selain untuk melestarikan wayang, juga untuk menjaga agar wayang sebagai budaya adiluhung bangsa Indonesia tidak sampai dipatenkan oleh negara lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.