Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air"

Kompas.com - 22/04/2014, 21:58 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sebanyak 13 orang berjubah plastik terlihat kegirangan saat menemukan 13 kalung emas. Kalung itu langsung dikenakan di leher.

Namun rasa bahagia karena menemukan kalung emas tidak berlangsung lama, karena mereka merasa kehausan, dan mereka tidak bisa menukar kalung emas yang mereka temukan dengan air. Lalu ke-13 orang itu memperebutkan satu botol air bersih karena air yang ada di sekeliling mereka telah mengandung racun.

Mereka kemudian merobeki jubah plastik yang digunakan dan berjalan tertatih-tatih menuju sungai. Lalu mereka rebah di tengah sungai dengan selembar spanduk yang bertuliskan "Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air" menyelimuti tubuh mereka.

Sepotong adegan tersebut merupakan aksi teatrikal Banyuwangi’s Forum For Environmental Learning (BaFFEL) bekerja sama dengan Komunitas Seni Bendo Kerep untuk memperingati Hari Bumi 22 April 2014.

Mereka mementaskan teater non-realis tersebut di Kali Gulung, Desa Jambesari, Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi untuk menyuarakan penolakan rencana tambang emas di Hutan Lindung Tumpang Pitu.

Aktivis BaFFEL, Rully Fauzi Latif kepada Kompas.com Selasa (22/04/2014) menjelaskan, jika perusahaan tambang diizinkan mengeksploitasi emas di Hutan Lindung Tumpang Pitu, maka fungsi hutan sebagai resapan air akan terganggu.

"Perusahaan akan membutuhkan sebanyak 2,038 juta liter air setiap hari dengan menyedot potensi air yang ada, baik dari air bawah tanah dan juga sungai di sekitar Tumpang Pitu. Dan hal tersebut akan berdampak terganggunya air untuk masyarakat dan juga pertanian di sekitar Tumpang Pitu," jelasnya.

Ia juga mengatakan sengaja memilih teater sebagai bentuk apresiasi karena gerakan lingkungan hidup, khususnya kampanye penolakan emas yang bertepatan dengan Hari Bumi, harus dilakukan secara kreatif.

"Pada tahun 2012 lalu kami melakukan aksi mundur dari gedung DPRD ke kantor Bupati Banyuwangi. Lalu tahun 2013 kami juga melakukan aksi jongkok massal di depan Taman Makam Pahlawan, dan tahun ini kami memilih membuat pentas teater di sungai karena sungai juga merpakan bagian penting dari kehidupan masyarakat," tuturnya.

Ia juga mengatakan, teater sungai tersebut murni dilakukan oleh anak-anak Banyuwangi dan dilakukan sebagai bentuk kecintaan terhadap Banyuwangi.

"Apalagi Kali Gulung ini berbatasan langsung dengan Desa Kemiren yang menjadi desa wisata Using di wilayah Kabupaten Banyuwangi," katanya.

Rully yakin teater yang mereka lakukan walaupun di sungai, akan tetap sampai kepada masyarakat karena aksi itu bertujuan untuk membela air, sungai, hutan dan juga bumi.

"Karena air, sungai, dan hutan adalah makhluk Tuhan, maka saya yakin mereka (air, sungai, dan hutan, red) akan meresonansi pesan yang terkandung dalam pementasan ini,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com