Saat ini, diperkirakan jumlah burung hantu Tyto Alba di wilayah tersebut mencapai ratusan ekor dan sudah menyebar wilayah kecamatan lainnya seperti Pabelan dam Kaliwungu. Melihat kondisi gupon atau kandang buatan yang tidak representatif lagi, Pemkab Semarang tahun ini berencana membangun lebih kurang sebanyak 45 kandang baru.
"Anggaran Rp 75 juta untuk membuat kandang baru sudah dianggarkan melalui APBD Kabupaten Semarang tahun 2014. Memang saat ini, keberadaan burung pemangsa sangat membantu petani untuk membasmi hama tikus," ungkap Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Semarang, Urip Triyoga, Rabu (16/4/2014) sore.
Dari kajiannya, dalam waktu semalam rata-rata setiap ekor burung bisa membunuh atau memangsa lima ekor tikus. Bila di persawahan sudah disediakan kandang permanen, dirinya yakin nantinya akan dihuni oleh burung peranakan baru.
"Kemarin saya juga mendapat laporan jika beberapa ekor burung juga terlihat membuat sangkar di teras SPN Banyubiru. Hal itu mungkin benar mengingat bila dilihat dari habitatnya, satu kandang biasanya dihuni satu pasang burung, jika sudah berkembang biak tentunya keturunannya akan mencari rumah baru," ungkapnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak memburu burung Tyto Alba tersebut untuk menjaga keberlangsungan habitat burung pemangsa tikus itu.
"Kami telah memasang papan peringatan larangan untuk berburu Tyto Alba," pungkasnya.
Seperti diberitakan, salah satu ancaman pertanian di wilayah Banyubiru dan Sususkan yang merupakan lumbung padi untuk Kabupaten Semarang adalah hama tikus. sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk membasmi hewan pengerat itu, di antaranya dengan meningkatkan populasi burung hantu Tyto Alba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.