Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

750 Orangutan Terancam Terusir oleh Perkebunan Sawit

Kompas.com - 16/04/2014, 21:48 WIB
Kontributor Samarinda, Yovanda Noni

Penulis


SAMARINDA, KOMPAS.com – Lagi, relawan Centre for Orangutan Protection (COP) mencari keadilan untuk orangutan. Kali ini mereka berdemo di depan kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) pada Rabu (16/4/2014).

Mereka meminta perhatian pemerintah karena habitat orangutan di Berau, Kaltim, terancam rusak oleh perluasan area konsesi kelapa sawit PT Berau Sawit Sejahtera (PT BSS).

“Pemerintah harus menggunakan wewenangnya menegakkan hukum terkait kerusakan habitat orangutan. Tercatat ada 750 orangutan yang terancam terusir dari habitatnya sendiri,” kata Paulinus Kristanto, juru kampanye habitat dari COP.

Menurut Paulinus, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pemerintah harus menegakkan hukum terkait kejahatan perusakan habitat orangutan. Dimana, kata dia, pemerintah harus mendesak PT BSS melindungi satwa liar yang ada di sekitar lahan konsesinya.

“PT BSS terus melakukan aktivitas pembersihan lahan dan terus memperluas perkebunan sawitnya. Padahal kawasan konsesinya berseberangan langsung dengan hutan lindung Wehea, tempat ratusan orangutan tinggal. Harusnya PT BSS mampu menjaga satwa yang ada di sekitarnya,” sebutnya.

Apalagi, lanjut dia, jumlah orangutan terus merosot setiap tahun dipicu menyusutnya ruang jelajah orangutan. Terlebih, kawasan habitat orangutan yang berstatus bukan kawasan hutan konservasi, terus dibabat habis untuk pembukaan lahan kelapa sawit.

“Orangutan tidak boleh terusir dari habitatnya sendiri, pemerintah harus membantu memperjuangkan habitat yang merupakan surga mereka,” tandasnya.

Sebenarnya, lanjut dia, di dekat lahan konsesi PT BSS, ada juga perusahaan sawit bernama PT GSJ. Keduanya merupakan anak perusahaan Indofood dari Singapura, dan lokasinya berbatasan langsung dengan hutan lindung Wehea.

Namun, kata dia, PT GSJ mampu mengalokasikan 500 hektar lahannya untuk kawasan konservasi orangutan. Bahkan PT GSJ juga membentuk satuan tugas penanganan konflik manusia dan orangutan.

Paulinus menyesalkan sikap lalai dan tidak peduli dari PT BSS tentang habitat orangutan.

“Seharusnya PT BSS bisa berkaca pada PT GSJ. Jika PT GSJ bisa, maka PT BSS juga harus bisa. Sangat memalukan jika harus dipaksa dulu dengan kampanye. Apalagi, karena sikap cuek dari PT BSS, Kementerian Kehutanan harus jungkir balik menyelamatkan orangutan yang terancam dan terjebak,” ungkapnya.

Untuk itu, tidak hanya di depan kantor Gubernur Kaltim, COP juga berorasi meminta keadilan di depan Istana Presiden di Jakarta dengan membawa tulisan “Nasib Kami Berada di Tanganmu".

Diketahui, tahun 2013 lalu, Kementerian Kehutanan menyita dua anak orangutan dari tangan masyarakat setempat. Setidaknya, lima orangutan terjebak dan satu bisa ditranslokasikan ke kawasan berhutan yang lebih aman dan tidak terfragmentasi.

COP berhasil mendokumentasikan empat orangutan yang terancam eksavator dan buldoser di kawasan konsesi PT BSS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com