Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Monorel Bandung Raya Telan Biaya Rp 22 Triliun

Kompas.com - 08/04/2014, 19:27 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Asisten Administrasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sekaligus Ketua Penanggung Jawab Pembangunan Monorail Bandung Raya, Iwa Karniwa, mengatakan proyek pembangunan monorail Bandung Raya hingga selesai akan memakan biaya sebesar Rp 22 triliun.

"Dana keseluruhan (pembangunan monorail Bandung Raya) Rp 22 triliun," kata Iwa di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat, Selasa, (8/4/2014).

Pembangunan tersebut murni didanai oleh China. Dalam pembangunannya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan China National Machinery Import and Export Corporation (CMC), sebuah BUMN di Beijing, China, serta anak perusahaan Grup Panghegar, PT Sarana Infrastruktur Indonesia, serta BUMD Jabar, PT Jasa Sarana. Skema kerja samanya business to business (b to b).

"Kita bekerjasama dengan China. Konsep yang kami tawarkan yaitu konsep business to business. Dengan konsep ini masyarakat akan diuntungkan karena nanti (jika monorel sudah jadi) masyarakat akan mendapat harga tiket yang terjangkau," kata Iwa.

Pembangunan monorail akan dimulai pada Juli 2014. Tahap pertama ditargetkan rampung pada akhir 2016 atau awal 2017. Seluruh koridor ditargetkan selesai pada tahun 2025.

Pembangunan proyek monorail di Bandung Raya ini mencakup lima koridor. Untuk tahap pertama, lanjutnya, meliputi Tanjungsari-Gedebage-Leuwipanjang yang panjangnya mencapai 27 kilometer.

"Untuk tahap pertama, kita butuh dana Rp 5,5 triliun. Tahap pertama kita targetkan selesai pada akhir tahun 2016," kata Iwa.

Untuk koridor berikutnya meliputi Gedebage-Soreang. Koridor ketiga, Gedebage-Bandung Barat. Kemudian, keempat, Gedebage-Malajaya, dan koridor kelima Gedebage-Dago.

"Lima koridor ini kita targetkan selesai pada tahun 2025," pungkas Iwa.

Pembangunan dilakukan bertahap. Jika tahap pertama sepanjang 27 kilometer sudah selesai, pihaknya akan melanjutkan pembangunan ke tahap berikutnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, pembangunan monorail ini berangkat dari padatnya penduduk di Kota Bandung. Kemudian, karena kemacetan kota.

"Yang namanya perkotaan identik dengan padat penduduk, macet dimana-mana, itu tabiat perkotaan. Salahsatu solusinya yaitu transportasi masal dengan pembangunan monorel. Para bupati dan wali kota sepakat, salah satu langkah kongkretnya memprosess berbagai perizinan terkait pembangunan agar pembangunan monorel dapat tecapai dengan cepat," katanya.

Heryawan berharap, monorel di Bandung ini merupakan monorel terhebat di Indonesia. Dia pun mengatakan bahwa monorel di Bandung bakal lebih baik daripada rencana pembangunan monorel di Jakarta. Sementara itu, hari ini, Heryawan bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Cimahi Atty Suharty, Bupati Bandung Dadang M. Naser, Bupati Bandung Barat H. Yayat S, Bupati Garut Rudi Gunawan dan Bupati Sumedang yang diwakili Sekda Sumedang Zainal Alimin menandatangani MoU terkait pembangunan Monorail Bandung Raya dan pengelolaan sampah sistem incenerator di TPPAS Legok Nangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com