Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebelum pulang ke rumah dari sekolah, MSS berkelahi dengan tiga rekan sekelasnya, IR (7), Rs (6,9), dan Ar (7).
Menurut ibu kandung korban, SN (27), anak sulung dari dua bersaudara itu dikeroyok tiga rekannya itu setelah pelajaran berakhir. Seusai berkelahi, MSS ditemukan bapaknya di pinggir jalan. Di rumah, MSS mengeluh sakit di bagian perut dan dada kepada ibunya. Selang dua hari setelah kejadian, lanjutnya, sakit yang dirasakan tak kunjung sembuh.
"Hari Sabtu dibawa ke Rumah Sakit Ibnu Syina, tapi tadi subuh meninggal," katanya kepada Tribun di kediamannya yang juga menjadi kedai kecil barang campuran, Senin (31/3/2014) siang.
SN mengaku belum tahu apakah kejadian yang menimpa anaknya akan dilaporkan ke polisi atau tidak. Dia akan membicarakannya terlebih dulu dengan suaminya setelah pulang dari pemakaman. MSS dimakamkan di kampung halaman kedua orangtuanya, Wajo.
Kepsek tak tahu
Kepala Sekolah SD V Tamalarea, Nurbaya Karim, yang dikonfirmasi terpisah di rumahnya mengatakan, tak ada yang menyaksikan perkelahian itu.
"Biar guru ataupun kepala sekolah kami tak ada yang lihat," katanya.
Sepengetahuan guru, MSS pertama kali ditemukan ayahnya di halaman sekolahnya dan merasakan rasa sakit di dadanya. Saat ditemukan korban belum sempat pingsan sehingga bocah ini sempat menceritakan dia dianiaya teman sekelasnya. Tiga pelaku terbilang masih tetangga korban. Bahkan, ada yang menyebutkan salah satu bocah yang mengeroyok dan menendang MSS malah sering menumpang sepeda motor yang dikendarai ayah MSS saat pergi atau pulang sekolah.
Versi lain yang beredar, MSS dikeroyok teman sebayanya sekaligus teman kelasnya sendiri di SD Tamalanrea V.
"Ada yang bilang mereka, main-main saling ejek, lalu ada yang melempar baru, makanya berkelahi. Syukur dikeroyok pas di depan bengkel motor," kata Nurbaya.
Namun, ketika pemilik bengkel, Syamsuddin, dimintai keterangan, dia mengaku tak melihat langsung peristiwa itu. Saat perkelahian, Syamsuddin mengaku tak berada di lokasi.
Belum dilaporkan
Kepala Kepolisian Sektor Tamalanrea, Makassar, Kompol Ahmad Yulias, membenarkan kabar tentang kasus ini. Ahmad menyebutnya sebagai kasus langka.
"Kami belum tahu persis bagaimana kronologinya karena saat kejadian Kamis lalu tidak ada laporan. Dan kami baru setelah dia meninggal. Tetapi memang, diduga sempat berkelahi dengan tiga temannya, tapi untuk penyebab kematiannya belum diketahui, kami masih tunggu hasil visum dari RSU Ibnu Sina. Bisa jadi ada penyebab lain," sebutnya.
Menurut dia, ketiga pelaku masih anak-anak, bahkan ketegori di bawah umur sehingga polisi tak bisa menahannya. Ahmad mengatakan, polisi tetap akan melakukan penyelidikan meski belum mendapatkan laporan resmi dari keluarga.
"Kami masih selidiki dulu, apalagi ini ada informasi pelakunya teman sekolahnya sendiri yang juga masih di bawah umur," tambahnya.
Atas kejadian ini, jajaran Polsek Tamalanrea telah memanggil beberapa pihak, seperti keluarga pelaku yang dituduhkan untuk memberikan keterangan terkait hal tersebut. Dari keterangan sementara, sejumlah tetangga korban lainnya menjelaskan di dada jenazah almarhum terlihat hitam diduga akibat bekas pukulan atau pengeroyokan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kota Makassar Mahmud BS mengatakan, hingga kini pihaknya belum mendapatkan laporan resmi dari sekolah tersebut. Namun, kematian bocah murid sekolah itu menjadi ranah hukum bagi pihak kepolisian.
"Kami akan menelusuri penyebab kematian dan akan memintai keterangan dari kepala sekolahnya. Saya akan cek dulu karena saya belum tahu masalahnya," kata Mahmud, dihubungi terpisah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.