Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Moyong, dari MC Dangdut Koplo hingga Jadi Bandar Sabu

Kompas.com - 25/03/2014, 16:25 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com
 — Sudarso alias Mbah Moyong (45), seorang mantan master of ceremony (MC) sebuah kafe dangdut koplo, ditangkap aparat Satnarkoba Polres Semarang lantaran mengonsumsi sekaligus menjadi bandar sabu di Ungaran.

Pria asal Desa Gabus, Kabupaten Pati, itu ditangkap di atas truk pengangkut pasir tidak jauh dari tempat tinggalnya di Desa Wringin Putih, Bergas, Kabupaten Semarang, pertengahan Maret lalu.

Kasat Narkoba Polres Semarang AKP Khuwat dalam gelar perkara, Selasa (25/3/2014) siang, menjelaskan, terbongkarnya peredaran sabu itu terjadi setelah pihaknya menangkap terlebih dahulu seorang lelaki bernama Suparjo (34) yang juga berasal dari Pati.

Suparjo ditangkap melalui sebuah operasi penyamaran yang dilakukan petugas. Ia ditangkap di rumah kosnya di Kelurahan Gedanganak, Ungaran Timur.

"Saat Suparjo diamankan, ia kedapatan memiliki satu paket sabu di saku celananya. Saat diinterogasi, tersangka mengaku dapat sabu dari Sudarso," kata Khuwat.

Polisi menetapkan Mbah Mayong sebagai tersangka, kata Khuwat, setelah mendengarkan keterangan Suparjo dan sejumlah barang bukti yang diambil di kontrakan tersangka.

"Ada dua paket serbuk kristal sabu, dua sedotan, sebuah pipet, satu timbangan elektrik, dan beberapa pak plastik yang diduga untuk mengemas paket sabu," ujar Khuwat.

Sementara itu, tersangka Sudarso yang saat ini telah beralih profesi menjadi sopir truk pengangkut pasir itu mengaku baru 1,5 bulan mengonsumsi sabu. Ia mengenal sabu saat menjadi MC di salah satu kafe dangdut koplo di Surabaya. Dia beralasan memakai sabu untuk obat.

"Saya mengonsumsi sabu untuk mengobati ginjal. Sakitnya di bagian pinggang saya karena pekerjaan saya sebagai sopir truk pasir. Rasa sakitnya bisa hilang dan betah melek kalau pakai sabu," katanya.

Selain untuk menghilangkan sakit pinggang, dengan mengonsumsi sabu, Mbah Moyong mengaku menjadi tahan dari kantuk dan staminanya menjadi meningkat.

"Kalau pakai sabu, jadi betah melek. Efeknya sampai lima hari badan tetap segar. Hampir semua sopir truk pakai sabu biar kuat," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kasat Narkoba menegaskan, alasan Sudarso mengonsumsi sabu untuk mengobati sakit pinggang hanya mengada-ada. Ia juga tidak berani membenarkan pernyataan tersangka yang mengatakan banyak sopir truk pengangkut pasir yang mengonsumsi sabu untuk stamina tubuh.

"Itu hanya alasan pembenaran. Yang bisa menjelaskan apakah cocok atau tidak ya dari pihak medis. Kalau banyak sopir yang pakai, itu juga perlu diselidiki lebih lanjut," katanya.

Pesan via SMS

Sudarso alias Mbah Mayong mengaku membeli sabu lewat temannya dengan cara mengirim pesan singkat (SMS). Dia membeli satu paket sabu seharga Rp 600.000.

"Setelah saya transfer uangnya, si penjual mengirim dan meninggalkan sabu di tempat sampah atau di bawah pohon yang disepakati. Saya jual sabu kepada Suparjo Rp 650.000. Dia titip kalau saya pas beli, jadi saya bukan pengedar," ujarnya.

Kepada Kompas.com, Mbah Moyong mengungkap alasan banting setir dari MC menjadi sopir truk pengangkut pasir. Pria bersuara "empuk" tersebut berhenti dari dunia MC lantaran pertunjukan dangdut koplo di kafe-kafe yang dahulu "live" sekarang berganti dengan pemakaian pemutar cakram yang ditampilkan pada layar lebar.

"Tahun 2008 saya pulang kampung karena sekarang kafenya pakai layar lebar, jadi enggak pakai MC lagi," ujar Mbah Moyong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com