Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Pabrik Beterbangan, Siswa dan Guru Batuk-batuk

Kompas.com - 24/03/2014, 13:43 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Aktivitas belajar di SD Negeri Sidoagung 3, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, terganggu akibat limbah pabrik kayu yang berterbangan hingga sekolah. Pabrik tersebut berada sekitar 20 meter di belakang sekolah.

Limbah pabrik seperti asap, debu bahkan serbuk kayu yang keluar dari cerobong beterbangan hingga masuk ke lingkungan sekolah. Hal itu mengganggu karena menyebabkan siswa dan guru batuk-batuk dan tersedak.

"Kalau pagi sampai siang debu dan serbuk kayu mulai berterbangan, tak jarang masuk ke kelas, kondisi ini tentu mengganggu kami," ujar Kepala SD Negeri Sidoagung 3, Tutik Muryani, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Menurut Tutik, cerobong asap pabrik masih terlalu rendah. Sehingga limbah mencapai lingkungan sekolah dengan mudah jika tertiup angin.

Tutik mengaku pernah mengadu ke pihak manajemen pabrik. Namun, lanjutnya, Tutik, pengaduan tersebut tidak ditanggapi karena tidak disertai bukti-bukti riil limbah pabrik yang disebut mengganggu.

"Harapan kami, kondisi ini ada solusi yang tepat agar tidak membahayakan kesehatan. Mungkin dengan meninggikan cerobong dan tidak diarahkan ke sini (ke sekolah)," harapnya.

Hal senada juga diungkapkan Tukijan, Ketua RW 2 Dusun Sidomukti II, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran. Menurutnya, limbah juga dinilai mengganggu warga setempat.

Tukijan mengatakan, Kecamatan Tempuran telah ditetapkan sebagai daerah kawasan industri sejak 1979 silam. Dengan kondisi ini diharapkan minimal kawasan industri tidak merugikan dengan warga.

"Sebaiknya jika para pengusaha itu menjalin komunikasi yang baik dengan warga dan Pemdes Sidoagung," pintanya.

Sementara itu, Perwakilan dari Pabrik Surya Jawa Albasia, Ana mengaku belum menerima laporan terkait keluhan warga akibat limbah pabrik.

"Asap yang ditimbulkan pabrik tidak langsung turun ke pemukiman penduduk. Tapi pada radius tertentu," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com