Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aparat Diminta Hentikan Perang Suku di Timika

Kompas.com - 20/03/2014, 19:03 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis


JAYAPURA, KOMPAS.com – Ketua Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua, Pdt Benny Giay mendesak aparat kepolisian dan TNI harus segera mengambil langkah tegas menghentikan pertikaian dua kelompok warga yang terus berlarut di Timika. Konflik yang disebut perang suku itu sudah mengakibatkan 9 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Pendeta Benny Giay mengaku heran, aksi saling bunuh dua kelompok warga yang berdalih perang suku itu tidak ditindak tegas oleh aparat. Menurutnya, kasus bentrok antarwarga yang berdalih perang suku, sudah sering terjadi di Timika dan tidak ada upaya untuk mencari akar permasalahannya.

“Masyarakat baku bunuh, mengikuti hukum suku, seakan-akan suku ini hidup di negara sendiri. Menurut kami, kalau ada pembunuhan, tentunya menjadi tugas aparat keamanan untuk menegakkan aturan negara,” ungkap Benny Giay dalam jumpa pers di kantor Sinode Gereja Kingmi di Jayapura, Kamis (20/3/2014).

Ditemui terpisah, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw menampik tudingan miring terhadap institusi penegak hukum di Papua yang dianggap membiarkan bentrok warga di Timika.

Menurut Waterpauw, sejak awal bentrokan, aparat kepolisian terus berupaya mendamaikan dua kelompok yang bertikai. Mereka yang mulai bertikai sejak 29 Januari itu sempat didamaikan pada 21 Februari lalu.

“Untuk menghentikan bentrokan, anggota kami terus berada di lapangan siang malam, bahkan anggota Brimob sempat terkena panah karena diserang warga bertikai. Seharusnya mereka yang berkomentar miring tentang kinerja polisi, langsung turun ke lapangan dan melihat fakta sebenarnya,” ungkap Waterpauw yang ditemui di Mapolda Papua setelah kembali dari Timika, Kamis siang.

Untuk meredam dua kelompok bertikai yang kembali memanas setelah terbunuhnya Herius Tabuni, menurut Waterpauw, pihaknya sudah menangkap 6 pelaku bentrokan dari kedua kelompok bertikai, dan melakukan penyisiran senjata tajam ke rumah-rumah warga bertikai.

Menurut mantan Kapolres Mimika tersebut, jumlah warga yang ditangkap kemungkinan akan terus bertambah, dan aparat kepolisian akan fokus mencari provokator pertikaian.

“Saya sudah katakan ke mereka, kami akan menangkap orang-orang yang memancing pertikaian. Mereka yang ditangkap langsung dibawa keluar dari Timika seperti penanganan kasus perang suku di Wamena, Jayawijaya dulu,” tegas Waterpauw.

Bentrokan antara kelompok Pinus Murib dengan Yulius Hanau akibat sengketa lahan di Jayanti, Kampung Mimika Gunung, Distrik Kuala Kencana sudah berlangsung sejak 29 Januari lalu. Meski sempat didamaikan pada 21 Februari lalu, namun akibat ulah orang mabuk, bentrokan kembali pecah Selasa (4/3/2014).

Akibat pertikaian dua kelompok warga tersebut, 9 orang tewas dan kurang lebih 300-an warga luka-luka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com