Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Adat di Timika Kembali Pecah, Satu Orang Tewas

Kompas.com - 07/03/2014, 21:17 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis


JAYAPURA, KOMPAS.com – Seorang warga kembali tewas dalam bentrokan antardua kelompok warga di Jayanti, Kampung Mimika Gunung, Distrik Kuala Kencana, Mimika, Jumat (7/3/2014).

Bentrokan dipicu tewasnya warga kelompok Dani, Puniel Mom di Rumah Sakit Umum Daerah Mimika, Kamis (6/3/2014) malam.

Sebelum meninggal dunia, warga Kelurahan Harapan, Distrik Kwamki Narama yang bergabung dengan kelompok Pinus Murib ini sempat mendapat perawatan intensif di ICU Rumah Sakit Umum Daerah Mimika, karena terkena panah di bagian dada, Selasa (4/3/2014) lalu.

Informasi yang dihimpun Kompas.com di Timika, bentrokan antara kelompok Pinus Murib dengan kelompok Yulius Hanau terjadi sekitar pukul 09.00 WIT. Setelah melakukan ritual bakar jenazah, ratusan warga kelompok Pinus Murib tiba-tiba merangsek barikade aparat gabungan kepolisian-TNI yang berjaga di antara dua kelompok, berusaha menyerang warga kelompok Yulius Hanau yang juga bersiaga dengan busur panah.

Berdalih perang adat, ratusan warga yang emosional tak memperdulikan imbauan aparat, langsung melepaskan panah dan dibalas kelompok Hanau. Banyaknya warga yang terlibat dalam bentrokan memaksa aparat mundur, sehingga bentrok terbuka tak terelakkan.

Bentrok yang berlangsung hingga Jumat siang, mengakibatkan Yunus Wanimbo tewas setelah terkena anak panah di punggung dan puluhan orang luka-luka dari kedua kelompok.

Bentrokan nyaris kembali terjadi pada siang hari, namun langsung dibubarkan aparat Kepolisian dibantu TNI yang dipimpin Wakapolres Mimika, Kompol Wirasto didamping Kaden Brimob Detasemen B Timika, Kompol I Gede Agung Nugraha bersama Komandan Koramil Kuala Kencana. Hingga malam ini, aparat kepolisian bersama prajurit TNI masih berjaga di lokasi pertikaian.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw yang ditemui di ruang kerjanya membenarkan informasi meninggalnya salah seorang warga kelompok Pinus Murib yang kembali memicu bentrokan.

“Kemarin, setelah melerai dan berbicara dengan tokoh dari masing-masing kelompok bertikai, walau agak alot, akhirnya sepakat untuk menyerahkan permasalahan sengketa lahan ini diselesaikan pemerintah dan tokoh adat setempat,” terang Waterpauw yang baru kembali dari Timika, Jumat (7/3/2014) pagi.

Menurut mantan Kapolres Mimika ini, aparat kepolisian cukup kesulitan untuk menyelesaikan kasus bentrok warga yang sering terjadi di Timika, karena selalu berlindung di balik tradisi adat perang untuk menyelesaikan permasalahan.

“Aparat di lapangan dilematis, tidak ditindak dianggap membiarkan, ketika ditindak tegas dianggap melanggar HAM. Kami berharap peran serta dari pemerintah daerah dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif membangun dialog, sehingga tradisi masa lalu ini bisa ditinggalkan,” ungkap Waterpauw.

Terkait sejumlah perusakan akibat bentrokan, Waterpauw menegaskan pihaknya akan memproses laporan yang sudah masuk ke Polres Mimika. “Terkait pembakaran 2 buah ekskavator yang mengerjakan proyek jalan trans Timika - Waghete, kendaraan roda dua dan roda empat yang dirusak, sudah 9 saksi yang diperiksa. Untuk saksi tambahan menunggu kondisi kondusif,” terang Waterpauw.

Bentrok dua kelompok warga akibat berebut lahan di Jayanti samping jalan rintisan trans Papua, yang menghubungkan Timika, Kabupaten Mimika dengan Waghete, Kabupaten Deiyai, sudah berlangsung sejak Rabu (29/1/2014). Meski sempat didamaikan pada 21 Februari lalu, namun akibat ulah orang mabuk, bentrokan kembali pecah pada Selasa (4/3/2014) lalu dan mengakibatkan tewasnya warga Dani, Abeneben Wenda.

Bentrokan antara kelompok Pinus Murib dan kelompok Yulius Hanau yang berlangsung 4 hari terakhir, mengakibatkan 4 orang tewas, dan seratusan lebih orang luka-luka, sebagian di antaranya masih dirawat di RSUD Mimika dan RS Mitra Masyarakat Timika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com