Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Lulus Tes CPNS, Pegawai Honorer Demo Pakai Sandal Jepit

Kompas.com - 26/02/2014, 16:17 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


MAMASA, KOMPAS.com - Unjuk rasa memprotes pengumuman seleksi CPNS honorer kategori 2 (K2) terus berlanjut di sejumlah daerah.

Di Mamasa, Sulawesi Barat, ribuan tenaga honorer yang kecewa dengan hasil pengumuman CPNS K2 menggelar unjuk rasa di kantor bupati dan DPRD setempat dengan cara menggunakan sandal jepit, Rabu (26/2/2014).

Pengunjuk rasa menuding puluhan honorer siluman yang selama ini tinggal di luar Mamasa dan tak pernah mengabdi di daerah, justru dinyatakan lulus. Honorer yang sudah mengabdi hingga belasan tahun ini meluapkan kekecewaan mereka dengan cara menangis sambil mengumpat pemerintah yang dianggap tak adil.

Marlia (47) dan Agus (45), dua tenaga honorer yang sudah mengandi hingga 10 tahun ini Mamasa ini tak henti-hentinya mengumpat pemerintah setempat karena dinilai berbuat curang dan menodai rasa keadilan.

Marlia mengaku ada beberapa honorer tinggal puluhan tahun di luar Mamasa dan berpendidikan hanya setingkat SMP, justru mereka dinyatakan lulus. Sementara banyak pegawai honorer asal Mamasa dan sudah mengabdi hingga 10 tahun, gagal diangkat jadi PNS.

“Masa lulusan SMP tinggal di luar Mamasa selama puluhann tahun dan tak pernah kelihatan mengabdi di instansi manapun, tiba-tiba dinyatakan lulus. Ini jelas curang dan melukai rasa keadilan bagi ribuan honorer yang sudah berkeringat, namun tak mendapatkan balasan apa-apa,” ujar Marlia sambil terus mengumpat pejabat di Mamasa.

Agus tak kalah kecewa atas dugaan ketidakadilan dalam ujian masuk PNS untuk honorer K2. Agus mengaku tahu banyak nama honorer yang tidak pernah mengabdi di intansi manapun, tiba-tiba dinyatakan lulus.

“Saya sudah hampir 10 tahun mengabdi, sementara banyak yang tidak jelas dan tak pernah keliahatan di Mamasa, malah dinyatakan lulus, ini kan tidak adil,” ujar Agus.

Para pendemo mendesak Kementerian PAN untuk membatalkan hasil seleksi CPNS K2 di Mamasa karena dinilai sarat kecurangan dan manipulasi data serta tidak memenuhi rasa keadilan. Mereka mendesak pemerintah melakukan verifikasi data dan tes ulang agar honor yang tak berhak masuk, tak begitu mudah diloloskan.

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian dan Pendidikan Kilat (Diklat) Mamasa, Yesaya Albert, membantah tudingan adanya berkas honorer siluman yang lolos tes CPNS di Mamasa. Namun demikian, ia berjanji akan melakukan verifikasi semua hasil temuan yang disampaikan para pendemo.

Hasil verifikasi ini kemudian akan disampaikan ke Jakarta, sebab, hasil pengumuman CPNS K2 ditentukan oleh Kemen PAN di Jakarta. "Temuan ini akan kita sampaikan ke Kemen PAN di Jakarta karena bukan kami yang menentukan kelulusan,” kata Yesaya.

Sebelum menggelar orasi di kantor Bupati dan DPRD Mamasa, massa sebelumnya menyisir semua kantor dinas di Kota Mamasa hingga berakhir di kantor DPRD. Selain berorasi, mereka juga mengajak honorer lain untuk ikut bergabung dalam gerakan menolak hasil pengumuman seleksi CPNS untuk honorer K2 karena sarat manipulasi data dan kecurangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com