Tak ada tanda lelah bagi pria beranak satu ini. Sesekali, Ia terlihat beristirahat, sembari menghabiskan bekal makanan yang dibawa.
Andre adalah satu potret dari ratusan orang yang mengais rupiah lewat sampah. Di tempat ini, berjejal ratusan orang dari berbagai daerah. Tidak hanya dari Semarang, tetapi juga dari Demak, Purwodadi, Kendal, Ungaran, dan kota penyangga lainnya.
"Kami sudah biasa hidup dengan lalat. Ini, saya makan-minum dengan lalat. Sudah biasa kayak begini," ujar Andre, saat disambangi di lokasi sampah, Selasa (11/2/2014).
Di lokasi TPA itu ada ratusan truk sampah berpelat merah silih berganti memasuki gerbang TPA. Kondisi jalan yang dipenuhi lumpur tidak membuat truk itu berhenti. Sampah di lokasi itu dibagi menjadi dua, sampah umum dan sampah mal. Para pemungut sampah juga dibedakan.
TPA Jatibarang terletak di ujung Kota Semarang. Tepatnya, di Kelurahan Bambankerep, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Jalan menuju TPA memang sudah diperbaiki, tetapi di beberapa titik, jalan masih terlihat berlubang dan dipenuhi lumpur.
Masuk ke dalam TPA, ratusan pemungut sampah harus berebut dengan ratusan sapi yang dipelihara di sana. Selain mendapat rezeki yang jumlahnya tak tentu, mereka bersyukur masih diberi kesehatan untuk bisa bekerja.
Salah seorang pemulung sampah, Senin (59), tampak kelelahan dengan pekerjaannya. Siang hari, dia memilih bersandar merebahkan tubuhnya.
"Kami sudah biasa Mas, kami syukuri hidup saja. Tidak ada pekerjaan lain. Ya, lumayan dapat Rp 30 ribu per hari," kata Senin.
Anaknya pun juga mengais uang dengan pekerjaan yang sama, sebagai pemulung. "Anak saya juga di sini sebagai pemulung, tapi dia di bagian sampah yang gabus," kata Senin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.