Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angin Kencang dan Gelombang Tinggi di NTT Sudah Menewaskan 8 Warga

Kompas.com - 04/02/2014, 04:28 WIB
Kontributor Manggarai, Markus Makur

Penulis

FLORES, KOMPAS.com — Tini Tadeus, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPBD NTT), mengatakan, bencana angin kencang dan gelombang tinggi yang berdampak ke 21 kabupaten kota di provinsi tersebut hingga Senin (3/2/2014) telah menewaskan delapan orang.

Korban terbanyak, Tini menyebutkan, berasal dari Kabupaten Kupang. Di wilayah ini, empat orang tewas. Rinciannya, satu orang diterkam buaya, satu tertimpa pohon, dan dua yang lain terseret banjir.

Adapun empat korban yang lain, kata Tini, dua di antaranya berasal dari Kabupaten Lembata akibat kecelakaan kapal laut, satu di Kabupaten Alor karena tertimpa pohon, dan satu yang lain berasal dari Kabupaten Rote, juga karena tertimpa pohon.

Badai disertai rob di sekitar Pasir Panjang, Kota Kupang, sebut Tini, mengakibatkan 159 orang mengungsi. Namun, badai sudah reda pada Senin pagi, dan para pengungsi itu sudah kembali ke rumah masing-masing.

“Bersyukur tidak ada korban jiwa dalam badai rob yang menghantam Kota Kupang kemarin. Selain itu, kami sudah membuka tenda pengungsi di Kota Kupang untuk menangani para pengungsi yang terkena banjir,” ungkap Tini.

Menurut Tini, badai rob juga menghantam Nangapanda, Kabupaten Ende, di Pulau Flores dan juga di Kabupaten Rote dan Kabupaten Malaka. Di Kabupaten Rote, ada sejumlah pengungsi mencari keselamatan di rumah tetangga terdekat. Juga ada sebagian rumah yang rusak.

Selain itu, di Kabupaten Malaka, di Desa Sikun dan Desa Oemanen, banjir merendam sejumlah rumah warga. Rumah yang terendam banjir disebabkan air laut pasang dan sungai meluap.

Sejumlah kapal penyeberangan di wilayah Nusa Tenggara Timur pun tidak berlayar akibat gelombang berketinggian 3 sampai 6 meter. "Data yang diterima BPBD NTT dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika NTT menunjukkan gelombang tinggi sehingga kami anjurkan kapal penyeberangan dan kapal-kapal nelayan tidak berlayar," ujar Tini.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com