Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dola, Hidup Sebatang Kara di Goa Batu Selama Puluhan Tahun

Kompas.com - 03/02/2014, 11:44 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


PINRANG, KOMPAS.com — Seorang perempuan di Pinrang, Sulawesi Selatan, hidup sebatang kara di sebuah goa batu selama puluhan tahun. Setiap hari dia tidur di sela-sela batu. Pakaiannya, yang kini sudah compang-camping, diperoleh dari pemberian warga.

Untuk bisa bertahan hidup, setiap hari perempuan bernama Dola itu hanya makan tumbuhan liar di hutan, seperti dedaunan, pisang, sikapa, atau beberapa tanaman umbi-umbian. Untuk minum, dia mengambil air yang muncul di sela-sela batu tidak jauh dari goa itu.

Goa batu tempat Dola tinggal terletak persis di tengah hutan di Desa Kariango, Kecamatan Lembang, Pinrang. Bila hujan turun, Dola kerap basah kuyup karena goa itu kemasukan air. Dola kerap menepi lebih dalam di bawah batu sambil duduk agar tak kehujanan. Pada malam hari, dia hanya membalut tubuhnya dengan karung plastik.

Puluhan tahun lalu, Dola memang pernah merasakan kehangatan hidup di tengah keluarga bersama ayah dan ibu, termasuk dua saudaranya. Namun, sejak kedua orangtuanya meninggal dunia dan saudaranya menikah, tinggallah Dola seorang diri.

Dola sempat tinggal bersama saudaranya beberapa tahun sebelum memilih hidup di sela batu seorang diri. Dola mengaku mengasingkan diri di tengah hutan karena tak ingin menjadi beban hidup keluarga saudaranya.

Meski tinggal di tengah hutan, Dola tak pernah berharap belas kasih dari sanak keluarga atau tetangga. Dola tak pernah tahu ketika warga miskin lainnya tengah berebut bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) atau beras raskin yang menjadi haknya.

Tak mudah bertemu dengan Dola di goa batu miliknya, kecuali saat menjelang malam hari. Saat subuh, Dola sudah meninggalkan goa itu untuk merambah hutan di sekitarnya demi mencari buah-buahan atau dedaunan yang bisa dimakan.

"Saya makan dedaunan, pisang, dan sikaporo atau umbi-umbian yang tumbuh liar di tengah hutan," ujar Dola dalam bahasa daerah. Dola cukup terampil dalam mengolah umbi yang didapatnya karena ada juga umbi yang beracun.

Sejumlah warga, termasuk saudaranya, pernah menawarinya untuk meninggalkan goa batu itu dan tinggal di desa bersama mereka. Namun, Dola menolak karena tidak mau menjadi beban bagi siapa pun. 

Perempuan tak bisa berbahasa Indonesia ini hanya mengerti bahasa daerah Pattinjo. Meski hidup dan makan tak menentu, Dola tak pernah berkeluh kesah kepada siapa pun. Dola hanya menjawab pertanyaan warga seperlunya saja ketika ditanya warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com