Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heryawan: Citarum Tercemar Ulah Manusia, Bukan Jin

Kompas.com - 24/01/2014, 22:05 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com — Kondisi Sungai Citarum yang panjangnya 77 kilometer, mulai dari Situ Cisanti sampai Waduk Saguling kondisinya masih sangat memprihatinkan. Limbah dan sampah menjadi salah satu biangnya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, rusaknya Sungai Citarum disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. "Ini ulah manusia, bukan ulah jin. Manusia yang buang limbah sembarangan. Jin tidak buang hajat, sudah pasti manusia yang buah hajat," keluh Heryawan saat berbicara di hadapan para pemilik pabrik yang letaknya di seputaran Sungai Citarum di rumah dinasnya, Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandardinata, Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2014).

Heryawan mengatakan, terdapat 61 pabrik yang beroperasi di sepanjang Citarum. Belum lahan perkebunan dan lahan peternakan warga. Tak hanya itu, di kawasan sungai juga terdapat permukiman di 55 desa.

"Asalnya kan ada 77 pabrik, tapi katanya 10 pabrik sudah tutup, jadi tinggal 61," kata Heryawan.

Heryawan juga mengeluhkan tata letak antara pabrik, lahan tani, dan lahan ternak di sekitaran sungai itu. "Pabrik dan sawah letaknya berdekatan. Mestinya, kawasan pabrik dan sawah agak jauh. Jadi, kawasan pabrik khusus dan kawasan sawah juga khusus, ini mah (di sekitaran Sungai Citarum) letaknya campur. Kalau kemudian ada limbah dari pabrik ke sawah, kan sawahnya mati," kata Heryawan.

Dia menambahkan, Sungai Citarum ini merupakan sungai terpolusi di dunia. "Sudah diumumkan dunia, Citarum sungai terpolusi di dunia yang menyatakan darurat lingkungan," kata Heryawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com