Menurut Ana, menjadi PSK adalah sebuah keterpaksaan demi menghidupi keluarganya. Ana juga menolak pembubaran lokalisasi sebelum ada solusi yang tepat dari pemerintah bagi PSK pascapenertiban.
“Saya sependapat dengan Bupati Widya. Tidak melegalkan lokalisasi. Tapi kalau mau menutup, harus ada solusi yang tepat,” kata Ana, Jumat (24/1/2014).
Ana menjelaskan, penutupan lokalisasi tanpa ada solusi yang tepat bagi PSK akan menambah persoalan baru. Sebab, para PSK itu akan turun ke jalan untuk mencari pelanggan sehingga dikhawatirkan dapat menyebarkan penyakit kelamin.
“Akhirnya, penularan penyakit kelamin dan AIDS akan semakin cepat. Sebab, kesehatan para PSK tidak terkontrol,” ujarnya.
Menurutnya, seseorang memilih menjadi PSK karena keterpaksaan. Sebab, siapa pun orangnya, pasti ingin bekerja yang baik dan terhormat. Untuk itu, kata Ana, karena menjadi PSK juga adalah pilihan, sebaiknya harus dihormati oleh siapa saja. ”Saya menghormati para PSK, karena itu adalah pilihannya,” akunya.
Sementara itu, Wakil Ketua Ansor Kabupaten Kendal Zaenal Alimin menambahkan, penutupan lokalisasi memang secepatnya harus dilakukan. Tetapi, solusinya harus ada terlebih dahulu bagi para mantan PSK sehingga penutupan itu tidak berakibat fatal.
“Kalau belum ada solusi, ya dicarikan solusi dulu. Setelah itu secepatnya lokalisasi tersebut ditutup. Sebab, kalau tidak ada solusi, mereka nanti malah ada di jalan-jalan,” katanya.
Zaenal sependapat dengan Bupati Widya Kandi yang mengatakan sebaiknya warga menerapkan pola hidup sehat. Sebab, dengan pola hidup sehat, hal-hal yang tidak menyehatkan akan dihindari. Salah satu pola hidup sehat adalah menghindari diri dari melacur.
“Kalau tidak ada yang melacur, pasti tidak ada pelacur,” tandas Zaenal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.