Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Berjualan Slondok, Desi Tak Pernah Telat ke Sekolah

Kompas.com - 22/01/2014, 23:21 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Meski harus menjual "slondok" berkeliling dan menjaga toko sembako setiap malam, tak pernah sekalipun Desi Priharyana (17) terlambat masuk sekolah. Bahkan setiap harinya Desi sampai ke sekolah lebih pagi dibandingkan siswa-siswa lain yang mengendarai sepeda motor.

Hal itu diungkapkan Dasiman, satpam SMKN 2 Jetis. Menurut Dasiman, meski mengendarai sepeda dari rumah menuju sekolah ditambah harus berjualan di sepanjang jalan, sejak masa orientasi siswa (MOS) sampai saat ini, Desi tidak pernah terlambat masuk sekolah.

"Setiap jam 7 tepat, gerbang sekolah pasti langsung digembok. Tapi meski naik sepeda dan jarak rumahnya jauh, dia (Desi) tidak pernah terlambat," katanya.

Dasiman menceritakan, sejak awal mendaftar masuk ke SMKN 2 Jetis, Desi sudah terlihat berbeda dengan siswa-siswa baru lainnya. Niat untuk bisa diterima di SMKN 2 Jetis sungguh besar, bahkan dalam sehari, Desi harus bolak-balik naik sepeda dari sekolah ke warnet untuk mengisi pendaftaran online sebab ada kesalahan pengisian yang harus segera diperbaiki.

"Beberapa kali dia (Desi) bolak-balik naik sepeda karena salah mengisi pendaftaran, mungkin belum paham soal online. Sifatnya juga baik, setelah paham, langsung membantu siswa baru lainnya yang tidak paham, ya diantar sampai warnet, padahal belum kenal," katanya.

Baru masuk SMK sudah berjualan

Rekan Dasiman, Wahyudi, yang juga satpam SMKN 2 Jetis, menambahkan, saat menjalani MOS, Desi sudah pergi ke sekolah mengendarai sepeda lengkap dengan krombong berisi slondok. Bahkan Desi sempat menjual keresek berwarna kepada teman-temanya yang saat itu menjadi salah satu barang yang harus dibawa oleh setiap siswa baru.

"Memang beda, semangatnya luar biasa untuk membantu keluarga. Dia itu selalu tersenyum dan tidak pernah mengeluh," ucapnya.

Wahyudi mengungkapkan, di sekolah Desi menjual makanan slondok ke teman-teman dan guru-guru. Bahkan Desi sempat menaruh slondoknya di ruang guru lengkap dengan stoples uang. Jadi siapa yang mengambil, langsung memasukkan uangnya ke stoples. Namun, karena ada kebijakan tidak boleh berjualan di ruang guru, akhirnya Desi berjualan di depan sekolah.

"Saya sebenarnya tidak enak menegur Desi, tapi itu peraturannya. Sebab saat pedagang jajanan boleh masuk ruang guru, banyak barang yang hilang," paparnya.

Menurutnya, sampai saat ini slondok yang dijual Desi banyak diminati oleh siswa, karyawan, maupun guru-guru. Bahkan kalau Desi tidak berjualan, ada beberapa guru dan karyawan yang menanyakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com