Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Otak Erwiana Bengkak akibat Pukulan Selama 6 Bulan

Kompas.com - 21/01/2014, 12:20 WIB

SRAGEN, KOMPAS.com — Trauma otak menyebabkan Erwiana Sulistyaningsih tidak bisa berjalan dan penglihatannya terganggu, kata dokter yang merawat tenaga kerja Indonesia yang menjadi korban kekerasan majikannya di Hongkong itu.

"Erwiana dipukul pada kepala selama setidaknya enam bulan. Tidak mungkin luka (otak) itu disebabkan hal lain," kata dr Imam Fadhli, yang merawat Erwiana di RS Amal Sehat, Sragen, Jawa Tengah, seperti dilaporkan South China Morning Post, Senin (20/1/2014).

Menurut dokter bedah umum tersebut, berdasarkan hasil CAT scan yang dilakukan pekan lalu, seluruh bagian otak Erwiana bengkak. Dia menjadi pusing saat berdiri dan pandangannya kabur.

"Otak merupakan pusat tubuh, jadi apa pun bisa terjadi padanya saat ini. Kami memberi dia pengobatan untuk mengurangi pembengkakan dan memantau kondisi dengan saksama," papar Fadhli.

Dia menambahkan, pandangan ganda yang dialami Erwiana bisa disebabkan luka pada wajahnya. Hasil rontgen menunjukkan adanya pergerakan dinding hidung yang biasanya disebabkan pukulan dari benda tumpul.

Sebelumnya diberitakan, Erwiana berangkat ke Hongkong untuk menjadi TKI pada 27 Mei 2013. Dia bekerja pada Law Wan Tung di apartemen yang beralamat di Tong Ming Street, Kowloon, Hongkong.

Sejak saat itu, Erwiana bekerja dan tinggal di aparteman Law. Mulai saat itu pula, penyiksaan menjadi keseharian yang dijalani Erwiana. Setiap kesalahan Erwiana harus "dibayar" dengan pukulan memakai alat apa saja di dekat sang majikan.

Menghadapi perlakuan buruk, Erwiana sudah pernah menghubungi agennya. Bukan dibela, apalagi diurus atau dipulangkan ke Indonesia, agen itu meminta Erwiana kembali ke majikannya. Keluhan soal gaji yang disampaikan Erwiana pun tak ditanggapi agennya.

Tahu Erwiana berusaha kabur, perlakuan majikan makin menjadi-jadi. Misalnya, Erwiana hanya mendapat jatah air minum satu botol sehari. Erwiana tak sekali pun mendapatkan pengobatan atas alergi dingin yang dideritanya, apalagi luka akibat penganiayaan majikan.

Tiba-tiba pada 9 Januari 2014, Law memulangkan Erwiana. Dia diantar ke Hong Kong International Airport berbekal selembar tiket pesawat Garuda Indonesia dengan rute sambung Jakarta-Solo.

Tak ada pesan lain dari Law selain ancaman untuk tak menceritakan apa yang Erwiana alami selama bekerja padanya. Bila pesannya dilanggar, Law mengancam akan membunuh orangtua Erwiana.

Di bandara Hongkong tersebut, Erwiana bertemu dengan Rianti yang akhirnya menolong Erwiana pulang ke Ngawi. Dia juga yang membawa Erwiana ke Rumah Sakit Amal Sehat, Sragen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com