Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari 1.200 TKI Asal Banyuwangi di Malaysia, 80 Persen Ilegal

Kompas.com - 20/01/2014, 11:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Dari 1.200 lebih tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Banyuwangi yang bekerja di Malaysia, sekitar 80 persen ilegal dan tidak memiliki dokumen resmi.

"Mereka kebanyakan bekerja di sektor perkebunan dan masuk ke Malaysia dengan menggunakan paspor kunjungan wisata. Jarang sekali ada yang menggunakan jalur resmi," kata Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Banyuwangi Muhammad Kadir, Senin (20/1/2014).

"Biasanya perekrutan besar-besaran tenaga kerja Indonesia, terutama laki-laki, ketika musim panen kelapa sawit. Namun ketika musim panen selesai, biasanya akan ada sweeping besar-besaran terhadap tenaga kerja untuk dideportasi," sambung dia.

Menurut Kadir, hal itu menjadi siklus rutin yang sekaligus menunjukkan kelemahan pemerintah untuk melindungi hak warga negara. Kelemahan ini terutama untuk masalah administrasi karena mayoritas pekerja menggunakan "jalur tikus".

"Mereka menggunakan visa kunjungan, kemudian mencari izin kerja, kemudian tinggal di Malaysia," ujarnya.

Kadir menjelaskan, jumlah terbanyak tenaga kerja tersebut adalah laki-laki, berasal dari wilayah Banyuwangi selatan, seperti Kecamatan Bangorejo, Purwoharjo, dan Tegalsari.

Alam Sudrajat, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyuwangi, juga mengakui bahwa banyak TKI asal Banyuwangi yang ilegal di Malaysia. "Tapi trennya tiap tahun terus menurun karena kami sering sekali memberikan sosialiasi kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur menjadi tenaga kerja Indonesia yang legal. Terlihat juga, jumlah tenaga kerja yang berangkat dari PT yang terdaftar pun bertambah," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com