Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anggota Klinik Asuransi Sampah

Kompas.com - 19/01/2014, 15:36 WIB

KOMPAS.com - Sekitar 500 warga di kota Malang berobat dengan hanya membawa sampah kering yang dapat didaur ulang, seperti botol plastik, kardus dan kertas.

Mereka merupakan anggota Klik klinik asuransi sampah yang didirikan dr Gamal Albinsaid melalui organisasi Indonesia Medika.

Saat ini lima klinik di Malang menerapkan sistem premi dengan sampah kering dan direncanakan akan dikembangkan di klinik-klinik lain tidak hanya di Malang dan Jawa Timur namun juga di kota-kota lain di Indonesia.

Ani Purwanti, yang bekerja sebagai penjahit, termasuk anggota klinik asuransi sampah ini di desa Sukun.

Ani datang dengan membawa beberapa kardus bekas benang yang ia kumpulkan setelah menjahit.

"Saya mengalami tekanan darah tinggi, dan harus berobat setiap dua minggu sekali. Jadi ini sangat membantu dari sisi biaya," kata Ani.

'Pinjam uang untuk berobat'

Dengan kartu klinik asuransi sampah, warga dapat memiliki akses pelayanan kesehatan primer dengan berobat maksimal dua kali dalam satu bulan, kata Gamal.

BBC INDONESIA Dr Gamal (tengah) dengan warga yang berobat dengan membawa sampah.

"Namun bilapun tidak berobat, warga tidak akan rugi karena mendapatkan berbagai fasilitas lain seperti penyuluhan serta rehabilitasi untuk yang baru sembuh sakit dan jaringan telepon khusus pasien ke dokter untuk berkonsultasi," tambah Gamal.

Mereka yang datang lebih dari dua kali, diterapkan pembayaran namun ditekan seminimal mungkin, kata dokter berusia 24 tahun ini.

Klinik Asuransi Sampah ini didirikan tahun 2010 dan sempat terhenti setelah berjalan enam bulan. Sistem ini mulai diterapkan lagi tahun lalu dengan fokus menjaring banyak anggota.

Gamal mengatakan sistem ini dilakukan berdasarkan asuransi mikro sehingga yang difokuskan saat ini adalah menambah jumlah anggota untuk mempertahankan keberlangsungan.

Yuli Kurniawati, ibu RT di desa Sukun, mengatakan warga di desanya banyak terbantu dari sisi fasilitas kesehatan dan juga kebersihan lingkungan.

"Banyak warga yang tidak mampu di sekitar saya. Mereka harus meminjam uang bila mau berobat. Mereka sangat terbantu dan merasa terharu bisa berobat dengan hanya membawa sampah," kata Yuli.

"Dari sisi lingkungan juga sangat terbantu. Semula sampah yang tidak berguna jadi sangat berguna," tambah Yuli.

BBC INDONESIA Dr Jibril Makhyan (kanan) dan dr Gamal memberikan penyuluhan kepada warga.

Untuk saat ini volume sampah yang dibawa warga tidak ditentukan beratnya guna menarik anggota baru, kata Gamal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com