Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Minahasa Mengeluh Bantuan Tak Merata

Kompas.com - 19/01/2014, 11:42 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MANADO, KOMPAS.com - Sejumlah warga yang menjadi korban bencana banjir bandang di Desa Tateli, Kecamatan Mandolang, Minahasa mengeluhkan tidak meratanya distribusi bantuan.

"Ada warga yang tidak jadi korban malah dapat makan di posko. Sementara kami yang memang jadi korban minta air mineral pun sangat sulit," ujar seorang warga Tateli yang tidak ingin namanya disebut, Minggu (19/1/2014).

Keluhan yang sama disampaikan Pengki yang rumahnya ikut diterjang banjir. Dia menuding pemerintah desa tidak adil dalam menyalurkan bantuan. Tudingan serupa juga disampaikan Denny yang ikut menjadi korban banjir. Mereka memprotes Posko Bencana yang justru dihuni oleh warga bukan korban banjir.

"Bagaimana ini, yang ada di posko justru orang yang rumahnya tidak kena banjir. Kami yang nyata-nyata kena banjir malah tidak ditampung di posko," keluh Pengki.

Menurut mereka, Bupati dan Wakil Bupati Minahasa telah dua kali datang berkunjung ke lokasi bencana. Tetapi mereka mempertanyakan mengapa kedua pejabat daerah itu tidak datang melihat semua rumah yang terkena bencana.

"Jangan sampai hanya datang untuk jabat tangan saja. Yang kami perlukan adalah bantuan segera," ujar Denny.

Sementara itu, dari Humas Badan Nasioal Penanggulangan Bencana (BNPB) diperolah data bahwa pemerintah pusat telah mendatangkan bantuan logistik dan peralatan sebanyak 57,2 ton. Bantuan tersebut selain berasal dari BNPB juga dari Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan. Pengiriman bantuan dilakukan dengan pesawat Hercules.

Pada Sabtu (18/1/2014) kemarin, ada tiga kali pernerbangan pesawat Hercules ke Bandara Sam Ratulangi untuk mengangkut bantuan logistik. Dari informasi di Pangkalan TNI-AU Sam Ratulangi hari ini, akan ada satu pesawat Hercules lagi yang akan mengangkut 1.200 paket kidware, 4.000 paket family kit, 2.000 lembar tenda gulung, 1.000 lembar tikar, 500 paket kesehatan keluarga, 5.000 paket lauk pauk, dan 1.500 paket sandang.

Pengamat Sosial dan Politik Sulut, Taufik Tumbelaka berharap bencana ini jangan hanya dijadikan ajang pencitraan bagi oknum pejabat dan politikus.

"Saya berharap pihak-pihak yang menerima bantuan tidak terjebak politik tanam budi dari sejumlah oknum penyumbang yang seakan-akan peduli, padahal sebetulnya mereka sok peduli saja," ujar Tumbelaka kepada Kompas.com.

Menurut dia, saat ini waktunya bagi semua pihak diuji kepekaan sosial dan ketulusannya dalam membantu sesama.

Dari pantauan Kompas.com di wilayah-wilayah bencana, memang banyak bantuan yang langsung diberikan ke korban bencana. Sebelumnya, Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam kunjungan ke lokasi-lokasi bencana meminta bantuan yang diberikan sampai ke para korban. "Presiden meminta agar semua sistem bekerja dan terlaksana dengan baik," ujar Laksano di Manado.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com