Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Gedung Eks Radio Pertama Belanda di Bandung

Kompas.com - 06/01/2014, 21:46 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, selama ini hanya terkenal dengan penganan dari gula aren bernama wajit. Namun ternyata Cililin menyimpan sejarah peninggalan zaman kolonial Belanda yang sampai saat ini masih berdiri kokoh. Salah satu yang paling fenomenal adalah gedung bekas kantor radio komunikasi pertama yang dibangun oleh Belanda.

Letak gedung tersebut tidak jauh dari SMA Negeri 1 Cililin. Menurut cerita dari salah satu peneliti dan pelaku sejarah Cililin, Drs H Amar Sudarman, gedung seluas 18 x 12 meter dengan tinggi 9 meter tersebut dibangun pada tahun 1904 oleh Ir Raymond Sircke Helssinken. Gedung hasil karya Raymond itu pula yang membuat wilayah sekitarnya diberi nama Kampung Radio dan Jalan Radio.

"Karena namanya sulit disebutkan, orang Cililin mengenalnya dengan nama tuan Barenyon," ujar mantan guru sejarah di SMA 1 Cililin itu saat ditemui di kediamannya, Senin (6/1/2014).

Pada saat itu, ujar Amar melanjutkan, Raymond membeli 3,85 hektar tanah untuk keperluan membangun kompleks pemancar dan kantor radio komunikasi bernama Telepoonken. Ada sekitar 5 buah bangunan yang Raymond dirikan. Tiga bangunan di antaranya saat ini telah menjadi bagian dari SMA Negeri 1 Cililin. Sementara dua bangunan utama yaitu kantor radio dan gudang pembangkit listrik dibangun terpisah.

"Saat itu Tuan Raymond membeli dengan harga 2 sen satu tumbak (14 meter) dari beberapa keluarga," kata dia.

Kantor radio komunikasi tersebut dibangun untuk keperluan komunikasi seluruh sekutu Belanda pada saat perang dunia pertama. Namun ternyata, hingga perang dunia pertama berakhir pada tahun 1918, kantor radio tersebut bangkrut karena tidak berfungsi secara optimal lantaran perlu biaya operasional yang tinggi. Selain itu, karena letaknya di tengah-tengah lembah, daya pancarnya kurang jauh.

Raymond akhirnya memutuskan untuk menambah antena pemancar baru tepat di puncak tanah pasir yang berada bukit di sebelah barat kantor Telepoonken. Dengan penambahan perangkat tersebut, komunikasi pun bisa dilakukan hingga Eropa Barat dan Amerika.

"Pembangunan gedung itu terbilang mahal. Dulu harganya sampai Rp 2.200. Sekarang bisa dikatakan miliaran rupiah," bebernya.

Penambahan peralatan yang lebih canggih pada zamannya ternyata tidak membuat kantor radio itu lebih maju. Telepoonken tetap jatuh bangkrut hingga akhirnya dipindahkan ke Gunung Puntang dan Dayeuh Kolot di Kabupaten Bandung Induk.

Sementara itu, Kepala RPH Perhutani Cililin, Ade Ratmana menambahkan, setelah dinyatakan bangkrut, Telepoonken secara resmi ditutup dan berubah nama menjadi Radio Nederland Indishe Radio Ommelanden (NIROM). Tujuannya kali ini adalah sebagai radio komunikasi tanah jajahan Belanda di seluruh dunia. "Dulu teknisinya dipegang oleh Sukinta," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com