Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relawan: Warga Merapi Buta tentang Istilah Freatik

Kompas.com - 04/01/2014, 18:08 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga lereng Merapi, terutama yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB), masih buta dengan tanda-tanda dan potensi ancaman bahaya yang mungkin terjadi akibat aktivitas letusan freatik. Sebab, bagi warga lereng Merapi, istilah aktivitas letusan freatik merupakan hal yang baru.

"Warga masih asing dengan istilah letusan freatik, karena belum pernah melihat aktivitas Merapi seperti itu sebelumnya," jelas Ketua Relawan Lereng Merapi Komunitas Komunikasi Sosial Bersama (SKSB), Sriyanto, Sabtu (4/1/2014).

Sriyanto menuturkan, ketika terjadi letusan freatik setinggi sekitar 2.000 meter pada Senin (18/11/2013) pagi, warga langsung berlari untuk menyelamatkan diri ke titik aman sesuai dengan saat pelatihan bencana. Namun, warga yang lari menyelamatkan diri tidak tahu apa yang terjadi dan apa potensi bahaya dari letusan itu.

"Tidak ada tanda-tanda atau peningkatan status Merapi, tahu-tahu ada letupan ke atas dan gumpalan asap seperti awan panas. Serentak warga berlarian, tetapi tidak tahu apa yang terjadi," tegasnya.

Menurutnya, warga dan relawan di lereng Merapi terutama di kawasan rawan bencana (KRB) sudah memiliki kesepakatan bersama bahwa warga akan mengungsi jika status Merapi dinaikkan menjadi siaga. Tapi karena ketidaktahuan warga, saat letusan freatik terjadi aktivitas mengungsi.

"Meski letusan freatik tidak berbahaya namun banyak warga yang tidak tahu, jadi jika ketakutan lalu sepontan lari, mengungsi itu hal yang manusiawi," katanya.

Di satu sisi, Sriyanto menilai dengan adanya aktivitas mengungsi membuktikan bahwa warga lereng Merapi sudah memiliki kesadaran dan kesigapan dalam menghadapi aktivitas bencana akibat gunung Merapi.

Menyikapi banyak warga yang tidak paham dengan letusan freatik, Sriyanto berharap, agar ada sosialisasi dari pihak pemerintah Kabupaten Sleman maupun BPTKG kepada masyarakat terkait aktivitas Merapi tersebut. Sehingga warga mengetahui apa itu freatik, gejala-gejalanya dan ancaman bahayanya.

"Jika warga sudah paham, maka dapat mengantisipasi kepanikan dan jelas menambah pengetahuan warga tentang aktivitas Merapi terbaru," pungaks Sriyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com