Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran Penting dari Kematian Pendaki di Gunung Gede

Kompas.com - 28/12/2013, 16:01 WIB
Latief

Penulis


KOMPAS.com — Kasus kematian Shizuko penting dijadikan pelajaran. Dari tiga pendaki yang tewas dalam sepekan ini, Shizuko Rizmadhani adalah pendaki yang termuda, baru menginjak 16 tahun.

Shizuko mengembuskan napas terakhirnya di Kandang Batu (2.220 meter di atas permukaan laut) atau pendakian menjelang puncak Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat, setelah terserang hipotermia. Siswi SMA Negeri 6 Bekasi itu diketahui meninggal pada Selasa (24/12/2013) malam.

Mahesa Vicky, tim sukarelawan dari Indonesian Green Ranger, yang ikut memindahkan korban, mengatakan bahwa dia mendapat informasi, ada pendaki yang mengalami kedinginan hebat dan perlu pertolongan.

"Kami (petugas Ranger) dan tim relawan langsung menuju lokasi. Menurut rekan-rekannya, korban mulai kedinginan dari Senin (23/12/2013) malam, dan tim sudah berhasil mengevakuasi (memindahkan) jenazah korban dari atas gunung," tutur Vicky.

Mengapa bisa kedinginan hebat? Apa tindakan teman-temannya, mengingat korban tidak mendaki sendiri? Selain itu, apakah korban sebelumnya tidak siap mendaki kendati untuk Gunung Gede yang berada 3.019 meter di atas permukaan laut?

Cuaca ekstrem

Banyak pertanyaan dan pendapat bisa muncul melihat kasus ini. Namun jelas sekali bahwa, di Gunung Gede, yang tidak terlalu tinggi dan jaraknya hanya "selemparan batu" dari Jakarta, seorang pendaki muda bisa tewas hanya karena hipotermia. Gunung ini kembali makan korban.

Kok bisa? Tentu saja, bisa. Pertama, Desember bukan waktu yang baik untuk pendakian di gunung-gunung tropis Indonesia, terutama untuk pendaki pemula. Seperti diketahui, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di akhir musim transisi pada Oktober-Desember harus diwaspadai, serta kemungkinan intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada bulan Januari-Februari 2014.

"Terkait intensitas hujan, sesuai prediksi BMKG, bulan Oktober-Desember merupakan akhir dari musim transisi, dan puncak musim penghujan yang berkelanjutan serta tidak mengenal waktu, dan intensitas diwaspadai terjadi pada Januari-Februari," ujar Kasubid Informasi BMKG Harry Tirto kepada Antara.

Artinya, mendaki di masa-masa cuaca "tak bersahabat" seperti ini butuh ekstra perhatian, baik fisik, perbekalan, maupun peralatan. Pendaki profesional pasti tahu betul, mendaki pada bulan Desember hingga Februari berisiko diterjang hujan dan angin setiap waktu. Kehilangan panas tubuh karena dihantam hujan dan dingin sepanjang hari adalah "musuh utama" mendaki pada musim seperti ini.

Kedua, rencana pendakian. Tanpa perencanaan baik, selain tidak nyaman, mendaki di tengah cuaca buruk seperti ini risikonya pada nyawa. Matangnya perencanaan terkait erat dengan berat dan tidaknya rute pendakian, kebutuhan perbekalan, kesiapan fisik, peralatan, dan sebagainya, sepanjang waktu pendakian dilakukan. Nah, bagaimana persiapan korban dan teman-temannya sebelum mendaki Gunung Gede ini? Ini menjadi pertanyaan karena diketahui bahwa korban pergi mendaki bersama 27 rekannya.

Seperti dilansir oleh sejumlah media, sulit mendeteksi kesiapan korban dan timnya dalam pendakian ini, mengingat mereka tidak membawa obat-obatan atau perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Soal penanganan kondisi korban yang melemah pun tidak diketahui.

Disepelekan

"Yang saya baca di koran, kondisi fisik Shizuko sudah melemah. Ditambah pula dia ditinggal sendirian di tenda sewaktu timnya summit attack (pendakian ke puncak). Itu tentu saja fatal karena tidak ada teman korban yang tahu kondisi terakhir korban. Pertanyaannya, kenapa orang sakit ditinggal sendirian di tenda," tukas Andy Reezwandy (35), seorang pendaki gunung asal Jakarta.

Ia mengaku, Gunung Gede selama ini memang sudah terstigma sebagai rute pendakian untuk pemula. Bahkan, anak-anak di bawah usia 15 tahun kerap diajak orangtua atau sekolahnya mendaki di gunung ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com